Maksimalkan Operasi Udara untuk Cegah Kebakaran Hutan

TIDAK ingin peristiwa kebakaran hutan dan lahan 2015 terulang, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) saat ini sudah mulai melakukan operasi udara di beberapa provinsi yang dinilai rawan terjadinya kebakaran hutan.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Raffles Brotestes Panjaitan menuturkan Riau merupakan salah satu dari 10 provinsi rawan kebakaran hutan yang telah melakukan operasi udaran pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

"Karena paling sering terjadi kebakarakn di sana. Sudah kita operasikan sejak 3 bulan yang lalu," ujar Raffles di Jakarta, Jumat, (2/6).

Meski saat ini belum ada laporan terjadinya kebakaran hutan yang masif di Provinsi Riau, Rafles menuturkan operasi udara tetap harus dilakukan sebagai bentuk pencegahan dini terhadap terjadinya kebakaran hutan. Operasi udara dilakukan menggunakan helikopter, bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Bisa untuk pencegahan awal dengan mendeteksi titik panas yang letaknya sulit dijangkau dari jalur darat," tambahnya.

Helikopter yang diterbangkan berjenis Bell 412. Jika menemukan titik panas, helikopter operasi udara akan segera memadamkan api agar tidak menjalar lebih besar. Raffles menjelaskan bahwa lebih mudah memadamkan titik panas yang masih kecil sebelum berubah menjadi kebakaran hutan besar.

"Pesan presiden kan memang penggunaan operasi udara harus efektif," jelasnya.

Dalam waktu dekat, dijelaskan oleh Raffles, operasi udara akan segera dilakukan di Kalimantan Barat serta Kalimantan Tengah. Berbeda dengan Riau, kedua provinsi tersebut sifat tanahnya merupakan tanah basah sehingga belum perlu dilakukan operasi udara lebih awal.

"Karena sifat tanahnya masih basah maka heli kita sifat nya stand by, nanti akan kita gerakkan dalam pertengahan Juni," ungkapnya. (Uta)