Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Kampung Mercon Berubah Jadi Sentra Kopiah

Abdus Syukur
02/6/2017 10:34
Kampung Mercon Berubah Jadi Sentra Kopiah
(Sejumlah remaja tengah membuat kopiah di salah satu tempat usaha milik Ahmad di Dusun Ngembe, Desa Baujeng, Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur---MI/Abdus Syukur)

PULUHAN remaja bersama ibu-ibu dan bapak-bapak tekun mengerjakan tugas masing-masing dalam pembuatan kopiah dan mukena Ada yang mencetak ukuran, menjahit, melubangi, hingga mengapak keduanya untuk dipasarkan.

Kehirukpikukan aktivitas di tempat usaha peralatan ibadah milik Ahmad, 45, di Dusun Ngembe, Desa Baujeng, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, itu sangat berbeda dengan kondisi pada sekitar 10 tahun lalu, terutama saat memasuki Ramadan.

Sekitar 10 hingga 20 tahun lalu, dusun tersebut lebih dikenal sebagai sentra pembuatan mercon atau petasan. Bahkan, banyak orang menyebutnya dengan nama Kampung Mercon Julukan tersebut tidak berlebihan karena di Dusun Ngembe dahulu banyak dijumpai usaha rumahan yang membuat mercon.

Sementara itu, tidak seperti warga lainnya yang sehari-hari membuat mercon, Ahmad sejak 1996 justru menggeluti usaha pembuatan kopiah dan mukena.

"Saya mulai usaha pada 1996. Semuanya masih saya kerjakan sendiri karena saat itu di kampung ini masih banyak warga yang membuat mercon. Apalagi saat Ramadan seperti sekarang, makin banyak warga yang membuat mercon," katanya, kemarin (Kamis, 1/6).

Namun, tambahnya, saat ini sudah hampir tidak ada lagi warga yang membuat petasan. Perlahan-lahan warga meninggalkan aktivitas yang berbahaya tersebut, kemudian sebagian memilih bekerja di tempat usahanya.

Menurut Ahmad, ketika masih banyak warga yang menjadi perajin petasan, menjelang dan sepanjang Ramadan, Dusun Ngembe kerap dirazia aparat kepolisian. Ratusan kilogram bubuk mesiu yang menjadi bahan utama pembuat mercon dan jutaan mercon siap edar disita petugas.

Akibat sering dirazia, Dusun Ngembe dianggap sebagai dusun yang menyeramkan oleh masyarakat Kabupaten Pasuruan. Alasannya, orang luar kampung yang datang ke Dusun Ngembe selalu dicurigai sebagai mata-mata aparat.

Namun, pada 2000, Ahmad mulai didatangi para tetangganya yang ingin membantu aktivitas usahanya. Kini, 50 warga meninggalkan kebiasaan membuat mercon dan beralih menjadi perajin peralatan salat tersebut.

"Saya tidak peduli dengan julukan sebagai Kampung Mercon. Tetangga yang berminat membantu usaha saya, saya ajari. Lama-lama ternyata yang berminat mendapatkan penghasilan dari usaha ini terus bertambah," ujarnya.

Upah pembuatan mukena berkisar antara Rp20 ribu dan Rp50 ribu per potong, sedangkan kopiah Rp1.200 hingga Rp15 ribu. Barang-barang produksi Ahmad dipasarkan ke berbagai kota di Indonesia, bahkan ke negara tetangga, Malaysia.

Ia menyebutkan, harga jual kopiah dipatok antara Rp30 ribu hingga Rp1,5 juta per kodi (20 potong). Jenis kopiah paling murah terbuat dari benang rajut, sedangkan yang paling mahal jenis kopiah dari rotan. Sementara itu, setiap potong mukena dihargai Rp70 ribu sampai Rp350 ribu setiap potong.

Sarung etnik
Di sisi lain, industri sarung sejak memasuki Ramadan juga kewalahan memenuhi pesanan. Mereka terpaksa menambah jumlah pekerja bahkan memberlakukan lembur. Apalagi, mereka makin kreatif dalam merebut pasar dengan memproduksi sarung multietnik, selain sarung tenun ikat.

Seperti dialami pengusaha sarung, Jamaludin, di Tegal, Jawa tengah. Menurutnya, sarung multietnik tengah diminati konsumen.

Sarung tersebut antara lain bermotif khas Toraja, Bali, Minahasa dan Samosir. Sarung jenis itu dijual antara Rp40 ribu dan Rp75 ribu setiap potong. (JI/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya