Posisi Indonesia Penengah Perang Dagang

KONFERENSI tingkat tinggi (KTT) yang dihadiri para pemimpin 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia (G-20) resmi dibuka, kemarin (Jumat, 30/11/2018).

Pertemuan dua hari di Buenos Aires, Argentina, itu dibayangi krisis setelah ­Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan mendukung penyetelan ulang perdagangan dunia.

Delegasi Indonesia yang dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK dalam KTT itu mengusung isu perang dagang sebagai agenda utama. Wapres Kalla mengungkapkan, dampak perang dagang AS-Tiongkok membuat roda perekonomian dunia lebih lambat daripada seharusnya.

JK pun berharap KTT G-20 memberikan solusi atas penurunan performa ekonomi dunia melalui iklim perdagangan yang lebih baik.

“Kunci dari permasalahan ekonomi saat ini ialah bagaimana mencari jalan keluar dari perang dagang dua raksasa ekonomi, Amerika dan Tiongkok. Perang dagang keduanya menyebabkan ­ekonomi dunia, termasuk Indonesia, melambat,” ujar JK melalui keterangan tertulis, kemarin.

Indonesia merasakan dampak pada harga-harga komoditas yang menurun karena berkurangnya permintaan dunia akibat menurunnya permintaan barang-barang produksi khususnya dari Tiong-kok, salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia.

Namun, JK mengaku optimistis akan ada angin perubahan situasi ekonomi ke depan.

Di Jakarta, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan rupiah mempunyai ruang untuk menguat ke kisaran 13.000 per dolar AS.

“Dengan catatan, perang dagang antara Amerika ­Serikat dan Tiongkok mereda dengan adanya pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Tiongkok Xi Jinping dalam KTT G-20,” kata Darmin. (Dro/Nur/RO/X-6)