2018, Asumsi Makro Rupiah Bergeser Jadi Rp13.500

MENTERI Keuangan Sri Mulyani mengatakan untuk 2018 evaluasi pelaksanaan APBN memutuskan pertumbuhan ekonomi akan tetap di 5,4%.

Sedangkan akibat pelemahan Rupiah, Menkeu mengubah asumsi makro APBN rupiah akan di kisaran Rp13.500 untuk keseluruhan 2018.

Angka ini bergeser dari ekspektasi sebelumnya yang memperkirakan rupiah bisa bertahan di Rp13.400. Adapun pada Senin (12/3) kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate menunjukkan rupiah menguat menjadi Rp13.768 dari pekan lalu di level Rp13.794 per dolar AS.

"Kita terus berusaha menstabilkan harga, menjaga momentum konsumsi, dan akselarasi investasi dan ekspor. Inflasi dijaga di 3,5% tingkat surat perbendaharaan negara (SPN), outlooknya 5,0% dan nilai tukar mungkin agak sedikit melemah ke Rp13.500 untuk keseluruhan tahun. Harga minyak mentah ada di kisaran US$55-US$60 per barel, lifting minyak tetap dijaga di 800ribu bph, dan gas 1.200 barrel oil equivalent per day (boepd)," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Senin (12/3).

Analis Bina Artha Sekuritas mengatakan bergerak positif tipisnya rupiah, sebagai akibat dari penilaian Bank Indonesia, di mana tekanan inflasi Maret diperkirakan akan mereda seiring turunnya sejumlah komoditas barang kebutuhan.

Ekspektasi defisit neraca berjalan juga akan dijaga pada angka 2,1% dari PDB. Dan itu cukup membantu pembalikan arah menguat dari rupiah. Sehingga dapat mengimbangi kekhawatiran akan imbas kenaikan dolar AS dan yield obligasi AS karena kebijakan proteksionis negeri itu.

"Laju rupiah kembali mencoba menguat seiring adanya sentimen positif dari dalam negeri. Meski demikian, terapresiasinya rupiah kembali harus diuji ketahanannya. Adanya rilis positif dari ketenagakerjaan AS, diperkirakan dapat membuat laju dolar AS meningkat dan berimbas pada rupiah. Rupiah diestimasikan akan bergerak dengan kisaran pada kisaran support Rp13.785 dan resisten Rp13.760," ujar Reza. (OL-2)