Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Konstruksi Jalla Harus Lebih Berperan

MI
14/6/2017 10:44
Konstruksi Jalla Harus Lebih Berperan
(Pekerja merangkai kerangka beton untuk pilar jembatan tol yang melintasi Kali Madiun di lokasi megaproyek Jalan Tol Trans Jawa ruas Solo-Kertosono---ANTARA/Siswowidodo)

AHLI teknik sipil Herman Wahyudi mengatakan teknologi jalan beton jalla (jaring laba-laba) sebagai inovasi anak bangsa seharusnya memiliki peran lebih dalam pembangunan infrastruktur yang tengah digalakkan pemerintah di seluruh wilayah Indonesia.

"Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat khususnya Ditjen Bina Marga seharusnya dapat memberikan peluang bagi inovasi bangsa sendiri khususnya di bidang konstruksi agar dapat diaplikasikan untuk pembangunan infrastruktur, apalagi kalau inovasi tersebut telah lulus uji," kata Herman saat dihubungi, kemarin (Selasa, 13/6).

Menurutnya, teknologi jalla samahalnya dengan konstruksi jalan lainnya yang menggunakan perkerasan beton (rigid pavement). Hanya, teknologi itu memiliki struktur yang lebih stabil karena dilengkapi dengan sirip menyerupai jaring laba-laba. Herman berpendapat, dengan maraknya pembangunan jalan tol dan jalan nasional, seharusnya juga ikut menyertakan teknologi karya bangsa sendiri.

Khusus untuk jalan tol, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) diharapkan dapat memberikan sosialisasi penggunaan konstruksi karya bangsa sendiri sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk memperbesar tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).

"Teknologi jalla itu bisa dikerjakan seluruh kontraktor termasuk kontraktor kecil, di samping itu telah teruji lebih banyak menyerap tenaga kerja, lebih ramah lingkungan karena sedikit menggunakan alat berat, serta lebih ekonomis biaya pembangunan dan pemeliharaannya," kata dia.

Belum banyaknya teknologi jalla dimanfaatkan dalam pembangunan infrastruktur itu sangat bergantung pada kemauan dari pemilik proyek baik itu pemerintah, BUMN, ataupun swasta, kemudian juga konsultan perencana harus ikut terlibat.

"Pendekatannya memang tidak mudah untuk masuk ke lingkungan tersebut, tetapi bisa dijalankan sepanjang pemegang paten, dalam hal ini PT Katama Suryabumi, dapat meyakinkan teknologi ini jauh lebih efisien baik dari segi biaya pembuatan maupun pemeliharaan," tandasnya.(Ant/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya