INDONESIA memprotes keras tindakan pemerintah Brasil yang mendadak tidak menerima surat kepercayaan (credential letter) dari Duta Besar Republik Indonesia untuk Brasil, Toto Riyanto, yang diagendakan pada Jumat (20/2) pagi waktu setempat.
Protes itu ditindaklanjuti dengan memanggil Toto Riyanto untuk kembali ke Tanah Air hingga waktu yang tidak ditentukan. "Tindakan pemerintah Brasil tidak dapat diterima secara diplomatik," tegas Menlu Retno Marsudi kepada Media Indonesia di Jakarta, kemarin.
Menurut Retno, respons Indonesia itu sudah dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo. Kepala Negara, lanjut Retno, menyetujui untuk mengambil sikap tegas. (Baca wawancara dengan Menlu Retno Marsudi di hlm 2)
Terkait dengan itu, Menlu juga telah memanggil Dubes Brasil untuk Indonesia, Paulo Alberto da Silveira Soares, pada Jumat (20/2) malam. Di situ, Kemenlu menyerahkan nota protes keras terhadap perlakukan Presiden Dilma Rousseff terhadap utusan Indonesia.
Meski Dubes ditarik, jelas jubir Kemenlu Arrmanatha Nasir, pelayanan KBRI Brasilia tidak terhenti. "Keadaan di kedutaan normal, tetap melayani segala keperluan WNI."
Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya, sikap Brasil dapat dipandang sebagai pelecehan diplomatik. "Sikap pemerintah sudah benar," tukas Tantowi.
Jika Brasil tidak mengubah sikap, lanjut Tantowi, DPR akan berbicara dengan Kementerian Pertahanan untuk mengevaluasi kerja sama di bidang militer. "Tahun anggaran 2009-2014, kita memesan pesawat Super Tucano (dari Brasil). Kita juga memesan multi launcher rocket system (MLRS)."
Sebelumnya, dilaporkan, Presiden Rousseff menggelar acara resmi penerimaan surat kepercayaan sejumlah duta besar, di antaranya Panama, El Salvador, Venezuela, Senegal, dan Yunani di Istana Negara, Brasilia. Dubes Toto Riyanto pun datang ke istana karena diundang untuk menyerahkan surat kepercayaan. Namun, mendadak, Rousseff menolaknya.
Namun, Rousseff berkilah hanya menunda. "Yang kami lakukan ialah sedikit memperlambat penerimaan surat kepercayaan," ujarnya. "Saya pikir ini penting sebagai evaluasi bagi kami untuk mendapat kejelasan tentang hubungan antara kedua negara," imbuhnya. Langgar tata krama Pengamat hukum internasional dari UI, Hikmahanto Juwana, menilai tindakan Brasil itu melanggar tata krama karena Dubes Toto sudah berada di Istana Negara Brasil. Toto juga datang atas undangan Presiden Rousseff dan dijemput protokol.
"Perlakuan Brasil sangat tidak terpuji dan melanggar tata krama berdiplomasi. Brasil harus berpikir dua kali bila hendak meneruskan protes dan kemarahannya," tegasnya.
Hikmahanto menilai sikap tidak baik Brasil itu bentuk intervensi hukum di Indonesia. Itu berkaitan dengan rencana eksekusi mati warga Brasil di Indonesia, Rodrigo Gularte, yang terlibat kasus penyelundupan narkoba. Sebelumnya, Indonesia telah mengeksekusi warga Brasil lainnya, Marco Archer Cardoso Moreira, pada bulan lalu atas kasus yang sama.
Pendapat senada dilontarkan Direktur Center for Indonesia National Policy Studies, Guspiabri Sumowigeno. "Kita menolak keras setiap intervensi kedaulatan hukum negara kita."