Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Ridwan Kamil: Tiada Hari tanpa Target

Astri Novaria
22/4/2018 22:25
Ridwan Kamil: Tiada Hari tanpa Target
(Dok MI)

TUJUH puluh hari menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 Juni 2018 mendatang membuat calon Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil semakin sibuk melakukan kampanye. Tiada hari tanpa target bagi pria yang akrab disapa Emil ini.

Minggu (22/4) ini, sebelum hadir di Kampus Akademi Bela Negara (ABN) Partai NasDem, tanpa kenal lelah Emil berkampanye ke Bekasi dan Bogor, Jawa Barat. Setelah dari ABN Partai NasDem pun, ia harus memenuhi undangan Harlah ke-95 Nahdlatul Ulama (NU) di Cirebon, Jawa Barat.

"Tiada hari tanpa blusukan, tiada hari tanpa ketuk pintu ulama. Hari ini saja saya dari Bandung ke Bekasi, Bogor, Jakarta dan nanti Cirebon. Dijalani dengan senang karena memang berat menjadi Gubernur, tak apa demi mengejar cita-cita," ujarnya di Kampus ABN, Jakarta.

Emil sadar akan kekurangannya. Ia mengaku namanya tidak terlalu dikenal di masyarakat desa dan juga kalangan orang tua. Oleh karena itu, di sisa waktu kampanyenya, ia lebih fokus mendatangi para tokoh senior ketimbang anak muda. "Bisa dilakukan, mudah-mudahan kemenangan sudah dekat," imbuhnya.

Meskipun demikian, calon gubernur Jawa Barat nomor urut 1 ini juga melakukan safari ke kalangan milenial untuk menarik minat para generasi muda untuk membangun Jawa Barat bersama dirinya. Ia sadar kalangan milenial punya suara yang sangat signifikan dari seluruh pemilih Jabar, yakni 50 persen.

"Komunikasi dengan generasi milenial harus satu frekuensi dengan mereka. Tidak bisa terlalu serius dan mereka lebih suka pendekatannya visual. Mereka juga senang terinspirasi, jadi jangan dengan retorika. Mereka lebih suka calon pemimpin yang sudah teruji," paparnya.

Nama Ridwan Kamil di urutan ke-48 bersanding dengan nama-nama besar seperti Presiden Perancis Emmanuel Macron di urutan ke-13 dan presenter ternama Oprah Winfrey di urutan ke-27. Penghargaan bertajuk 'The World's 50 Greatest Leaders' tersebut menilai Emil berhasil mengatasi berbagai permasalahan yang ada di kota Bandung selama menjabat sebagai Wali Kota sejak 2013 yang lalu.

"Jujur, pertama kaget, kaget yang membahagiakan. Senang banget, terharu dan campur aduk. Tapi bagi saya, tetap saya ini individu yang mencintai apa yang saya kerjakan, kalau sudah bekerja tidak main-main. Pada saat diberi apresiasi, alhamdulilah," tegasnya.

Menurutnya, kerja jangan hanya demi mencari pujian atau penghargaan karena akan kecewa. Ia berpedoman, kerja harus dilandaskan dengan cinta dengan pekerjaannya.

"Bahwa nanti ada apresiasi, alhamdulilah. Artinya, dedikasi dan kerja keras kita ada yang memperhatikan," tambah pria yang selama lima tahun terakhir sudah mendapatkan 310 penghargaan.

Penghargaan terakhir sebelum "The World's 50 Greatest Leaders" adalah dari Kementerian Dalam Negeri sebagai Wali Kota Bandung Terbaik 2017. Ia mengetahui alasan dirinya diapresiasi dengan penghargaan kelas dunia itu adalah karena dirinya dinilai sosok arsitek yang mampu mengubah Kota Bandung sebagai kota yang memanfaatkan tekonologi. Selama kepemimpinannya, ada 400 aplikasi software yang diciptakan untuk membantu dan mempermudah birokrasi.

Menurut Fortune, Emil juga mendirikan Command Center yang menjadi ikon smart city di Bandung. Lewat Bandung Command Center, dengan memanfaatkan CCTV, pemerintah mampu merespons lebih cepat segala permasalahan yang ada di Bandung, seperti masalah lalu lintas maupun jalan berlubang.

"Kan zaman now, semua urusan harus dimudahkan dengan teknologi. Izin, cukup daftar online. Ada applikasi melacak berat badan bayi sehingga kalau ada gizi buruk saya bisa tahu. Sebut masalahnya, di situ saya bikin aplikasinya. Itulah bagaimana lima tahun yang saya lakukan dari manual ke digital bisa mengubah pelayanan publik. Ya memang tidak ada yang sempurna, tapi terobosan ini menjadi warisan saya," ungkapnya.

Terkait persoalan masyarakat yang belum 'melek' teknologi, menurut Emil itu hanya masalah waktu. Ia mencontohkan seperti halnya televisi dan telepon genggam yang dulu dianggap barang mewah, saat ini hampir semua orang memilikinya.

Tak hanya mendapat penghargaan kelas dunia tersebut, Emil juga diundang menjadi pembicara di Milken Institute Global Conference, di Los Angeles, Amerika Serikat, pada 1-2 Mei 2018 mendatang. Ia sangat bersyukur mendapatkan kesempatan hadir dalam global conference termahal di dunia.

"Saya akan berikan pesan positif mengenai Indonesia. Hei dunia, Indonesia hari ini berbeda loh, sangat optimis dan full potential. Saya akan bicara bagaimana mentransformasi Indonesia melalui kota, lewat teknologi sehingga terjadi adanya lompatan. Ini penting, karena yang hadir kan level CEO dan Kepala Pemerintahan semua. Agar mereka siapkan atensinya untuk datang ke Indonesia," pungkasnya. (OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya