Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Soto Betawi Merambah hingga Jawa Timur

Putri Anisa Yuliani
07/12/2016 02:20
Soto Betawi Merambah hingga Jawa Timur
(MI/ARYA MANGGALA)

KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan gado-gado dan soto betawi sebagai warisan budaya tak benda pada Oktober lalu. Untuk urusan goyang lidah, keterkenalan dua kuliner khas Betawi itu sudah tak diragukan lagi karena tak hanya warga Ibu Kota yang menyukai keduanya. Buktinya, soto betawi sudah melanglang buana hingga berbagai daerah di Indonesia. Kedai soto betawi kini dengan mudah ditemui tak hanya di Jakarta, tetapi juga di Semarang, Surabaya, hingga Kota Batu, Jawa Timur.
\
Di kawasan wisata Pasar Apung yang berada di Kota Batu, soto betawi dijajakan bersama makanan khas dae­rah lainnya, seperti satai madura, soto madura, rendang, dan ketan susu khas Kota Batu. Masdi, 25, salah satu penjual soto betawi di Pasar Apung, menuturkan banyak warga Batu yang menyukai makanan itu. Ia hanya sedikit mengubah cita rasanya agar cocok dengan lidah warga Batu. “Yang makan di sini kan kebanyakan orang Jawa. Jadi, rasa manisnya sedikit menonjol, tapi bumbu asli soto betawi tidak dihilangkan,” ujar Masdi.

Satu porsi soto betawi di kedainya dibanderol dengan harga Rp30 ribu per porsi dan Rp40 ribu untuk menu spesial. Di Jakarta, ada ribuan kedai soto betawi. Salah satunya Soto Betawi Haji Ma’ruf yang legendaris. Kedai yang berada di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, itu berdiri sejak 1940, diinisiasi Haji Ma’ruf yang kemudian dijalankan keturunannya. Sasya, 35, warga Bintaro, Jakarta Selatan, yang bekerja di kawasan Menteng, mengaku soto betawi ialah makanan favoritnya sejak kecil. Warga asli Betawi itu mengaku memang sudah cukup jauh dari tradisi Betawi. Namun, untuk urusan perut, ia tetap memilih makanan tradisional. “Meski segalanya seolah sudah modern, untuk perut dan lidah, tetap saja lidah saya lidah tradisional, dan lidah saya enggak bisa dibohongi, soto betawi yang asli itu kalau pakai susu sapi, bukan santan. Gurihnya mak nyuuus,” ujarnya sambil mengacungkan dua jempol.

Muatan lokal
Terpilihnya soto betawi menjadi warisan budaya tak benda disambut gembira oleh Wali Kota Jakarta Selatan, Tri Kurniadi. Ia mengungkapkan cita rasa soto betawi memang berbeda dengan soto lainnya. “Soto betawi itu digemari berbagai kalangan. Buktinya, silakan Anda cek, soto betawi dengan gampang ditemui di warung-warung perkampung­an hingga hotel bintang lima,” ujarnya.

Kurniadi mengaku tak hafal persis kapan soto betawi mulai ada di Jakarta. Satu hal yang ia ketahui, masakan yang menjadi cikal bakal soto betawi dibawa warga Tiongkok yang hijrah ke Batavia dan menggunakan daging babi serta jeroan sapi di masa-masa awalnya. “Saya waktu kecil pernah dapat cerita itu. Ketika mulai banyak orang asli Betawi yang menjualnya, akhirnya lama-lama dinamakanlah soto betawi. Resepnya diubah. Kita kan enggak makan babi. Jadi, semuanya pakai jeroan sapi, ada yang babat, lidah, dan torpedo. Namun, hati-hati koles­terol ya hahahahaha,” canda Kurniadi. Ia pun mendukung resep-resep masakan khas Betawi masuk ke kurikulum sekolah dan dipraktikkan secara langsung sebagai muatan lokal. Ia berharap, dengan langkah demikian, setiap generasi muda mengetahui masakan tradisional daerah tempat tinggal mereka sekaligus memahami sejarahnya hingga bisa membuatnya. (J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya