Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Banda Menuju Warisan Dunia

(HJ/Ant/N-3)
07/12/2016 01:15
Banda Menuju Warisan Dunia
(MI/Hamdi Jempot)

PESONA Maluku yang dikemas dalam Festival Pesona Budaya dan Rumah Peradaban Pulau Banda menjadi sangat istimewa. Penyebabnya, baru tahun ini Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah menjadikan satu hajatan besar tersebut. Pesona budaya dan rumah peradaban di Pulau Banda menjadi daya tarik para wisatawan dan masyarakat sekitar. Rumah Peradaban Pulau Banda yang digelar Balai Arkeologi Ambon di Banda Naira, Kecamatan Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, pada 9-13 November lalu diikuti para pelajar mulai tingkat SMP hingga SMA se-Kecamatan Banda.

Beberapa kegiatan yang digelar dalam acara Rumah Peradaban itu ialah diskusi komunitas, dialog basudara, dan pameran arkeologi multibudaya tingkat pelajar. Arkeolog Wuri Handoko dari Balai Arkeologi Ambon mengatakan acara Rumah Peradaban Banda memperkenalkan kekayaan dan pesona keragaman budaya serta tradisi Kepulauan Banda. Terlebih Kepulauan Banda memiliki sejarah panjang sebagai daerah penghasil rempah di masa kolonial.

"Wilayah Kepulauan Banda merupakan salah satu yang dicanangkan sebagai kawasan strategis nasional dan diwacanakan untuk masuk usulan World Heritage sejak 2005," kata Wuri. Sebagai terobosan baru, program itu ingin membuat budaya peradaban masa lalu tetap hidup. "Sekalian menguatkan pembangunan karakter masyarakat," tambahnya. Sebetulnya isu wacana warisan dunia sudah lama didengungkan, tapi belum ada konsep yang mapan. Dengan gelaran Festival Pesona Budaya dan Rumah Peradaban Pulau Banda, Pemkab Maluku Tengah bersama Pemprov Maluku akan menyiapkan tahapan-tahapan untuk mewujudkan Banda agar menjadi warisan dunia.

Aset besar yang dimiliki Pulau Banda untuk modal warisan dunia ialah material kultur, seperti kekayaan warisan budaya, bentang wilayah, bangunan kolonial, dan sisa peninggalan purbakala yang hingga kini terus dilestarikan. Selain itu, ada pula warisan budaya benda berupa simbol multibudaya, seperti gereja, masjid, dan kelenteng yang ada dalam satu ruangan. Kepala Balai Arkeologi Maluku, Muhammad Husni, menambahkan kegiatan Rumah Peradaban Pulau Banda ini bertujuan mencari pola interaksi sesuai dengan konteks di lapangan. "Kita sesuaikan dengan tema multibudaya dan menjaring masukan dari seluruh lapisan masyarakat. Hasilnya akan ditindaklanjuti dalam rekomendasi untuk disampaikan ke instansi bersangkutan," terangnya. (HJ/Ant/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya