Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
TIDAK selalu pertambangan berdampak pada kerusakan lingkungan apabila dijalankan sesuai prosedur. Seperti terlihat di tambang emas Tumpang Pitu (Tujuh Bukit) di Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang dikelola PT Bumi Suksesindo (BSI).
Dengan menggunakan teknologi heap leach (pelindian), pengelolaan tambang dari Group PT Merdeka Cooper & Gold (MCG) tersebut tidak mencemari lingkungan sekitarnya.
"Teknologi pelindian sangat ramah lingkungan karena tanpa tailing (sampah) dan tanpa merkuri. Dengan teknologi ini, recovery (reklamasi) lingkungan juga mudah. Sebab material tambang disusun bersaf-saf seperti teras siring. Baru dilarutkan dengan sianida untuk mendapatkan mineralnya," kata GM External Affairs PT MCG, Katamsi Ginano, Senin (23/7).
Proses penambangan diawali dengan pengambilan material bebatuan, yang dibawa untuk diproses dengan menggunakan truk-truk besar. Batuan berdiameter besar dihancurkan seukuran 5-7 cm, kemudian disebar ke hamparan yang disusun bersaf dan dialasi plastik HDPE, untuk proses heap leach.
"Air dari pelarutan mineral, ditampung di dam dan dialasi plastik HDPE, agar tidak mencemari lingkungan. Di dam itu, air diproses hingga bersih. Setelahnya baru dimasukkan ke dam pemurnian dari tiga lokasi. Air-air ini diendapkan lebih dulu di tiga dam pemurnian itu," terang Manager Lingkungan Hidup PT BSI, Ismet G Siregar saat melihat di lokasi tambang.
Untuk pengujian lingkungan, PT BSI menyewa konsultan PT Lorax dan didampingi tim dari Universitas Brawijaya Malang.
Pertambangan tersebut direncanakan beroperasi selama 9 tahun untuk periode pertama, dengan target produksi 1 juta ounce (oz) emas (setara 28,349 gram) dan 2,8 juta oz perak, sejak beroperasi pada Desember 2016.
Keberadaan tambang emas ini juga menguntungkan warga sekitar. Dari total 1.795 tenaga kerja, 60%-nya merupakan warga Banyuwangi, termasuk di dalamnya 38% warga di sekitar tambang.
"Ini menguntungkan kami di daerah, karena ada pekerjaan. Saya tidak perlu merantau ke Surabaya atau Bali untuk mencari pekerjaan," kata Hasan, salah satu karyawan di situ.
Awalnya, Hasan berniat merantau untuk mencari kehidupan lebih baik. Hal itu diamini sejumlah warga yang keluarganya bekerja di tambang emas. Mereka batal menjadi perantau, dan memilih bekerja membangun daerahnya.
"Di sini lebih enak, tidak perlu merantau," kata seorang karyawan lainnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved