Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Polisi Malang Usut Beras Berpestisida

(BN/RS/BB/RF/N-2)
27/7/2017 05:43
Polisi Malang Usut Beras Berpestisida
(thinkstock)

KEPOLISIAN Resor Malang, Jawa Timur, masih menyidik empat kasus dugaan penyelewengan pengolahan dan produksi beras. Keempat lokasi usaha itu berada di Kecamatan Bululawang, Tajinan, Pakis, dan Gondanglegi. "Yang paling berbahaya, dari salah satu lokasi pengemasan di Bululawang, kami mendapati mereka mencampurkan bahan kimia dan pestisida pada beras sebelum dikemas. Beras dicampur bahan kimia agar lebih bersih, dan diberi pelicin serta pengharum, dan selanjutkan disiram pestisida," ungkap Kapolres Malang Ajun Komisaris Besar Yade Setiawan Ujung, Rabu (26/7).

Penggunaan pestisida, lanjutnya, bertujuan mematikan kutu beras. "Proses seperti itu, pada Undang Undang Pangan jelas tidak diperbolehkan." Dari gudang milik UD Widodo itu, polisi menyita 140 ton beras dalam kemasan. Pengusaha mencantumkan sembilan merek dalam karung-karung tersebut. Penyidik menjerat pengusaha dengan UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan UU No 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan dan Perlindungan Konsumen. "Mereka juga melanggar karena melakukan proses produksi tanpa memiliki izin," tambah Yade.

Di tiga lokasi lain, polisi menyidik karena ketiganya tidak memiliki izin pergudangan. "Kita tidak mengenal terminologi penimbunan. Kalau tidak punya izin gudang dan izin gangguan, ya mereka ilegal," tandas Yade. Penggerebekan di pabrik pengemasan beras yang memproduksi merek Ayam Jago dan Maknyuss membuat Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, menurunkan tim ke pasar. "Karena kedua merek itu dinyatakan sebagai beras oplosan, kami akan lakukan pengawasan. Sejauh ini, kedua produk itu belum ditemukan beredar di Badung," kata Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan, Ketut Karpiana.

Di Sukabumi, Jawa Barat, peredaran beras Maknyuss di sejumlah pusat perbelanjaan modern sudah kembali normal. Tingkat pembelian juga stabil, tanpa ada peningkatan. "Tidak banyak warga Kota Sukabumi yang membeli Maknyuss. Kemungkinan karena harganya lebih mahal dari beras biasa," terang Alexander Ardi, 42, store manager di salah satu pusat perbelanjaan modern. Untuk mengantisipasi aksi pengoplosan beras, Kepala Badan Ketahanan Pangan Bangka Belitung, Ahmad Damiri, berencana mendatangi gudang Bulog di wilayahnya. "Kami tidak ingin kasus yang membelit Bulog di Lahat, Sumatra Selatan, terjadi disini."



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya