Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
KAWASAN Gambir, Jakarta Pusat, yang terkenal dengan stasiun kereta dan masuk area Monumen Nasional (Monas), menjadi titik tolak pasar malam di Jakarta. Tercatat pada 1898, di sana menjadi lokasi penyelenggaraan pasar malam pertama di Jakarta. Pasar malam fenomenal itu dibuat pemerintah kolonial Belanda. Ketika itu, pasar malam dibangun untuk memperingati penobatan Ratu Wilhemina sebagai pemegang kekuasaan di Belanda.
"Pasar malam Gambir awalnya yang paling fenomenal. Itu buatan pemerintah kolonial untuk memperingati penobatan Ratu Wilhemina mulai 1898 di daerah Weltevreden (Gambir/Lapangan Banteng)," kata pengamat sejarah JJ Rizal kepada Media Indonesia, akhir pekan lalu. Kondisi pasar malam saat itu setali tiga uang dengan pasar malam yang ada saat ini. Berbagai wahana permainan, seperti bianglala, kora-kora, dan atraksi motor, sudah ada sejak dulu. Berbagai jajanan dan kerajinan tangan juga dijual pada kios-kios kecil.
Pasar malam itu dibentuk memang untuk rakyat, jelas Rizal, sehingga bukan hanya pejabat-pejabat yang datang, melainkan juga rakyat lokal. Segala kalangan berkumpul dan membaur. Sejarawan Asvi Marwan Adam menambahkan pasar malam itu kemudian berlanjut hingga 1960-an. Pasar malam di Gambir itu mencontoh pasar malam yang sudah ada di negara-negara di Eropa sejak awal abad ke-20. Sejak dulu, pasar malam juga berpindah-pindah dari satu perkampungan ke perkampungan lain. Atraksi sulap, ketangkasan bermotor, dan rumah hantu sudah ada sejak itu. Pasar malam dibangun dengan sifatnya yang merakyat.
"Secara umum, di Indonesia sendiri juga diadakan kerajaan, seperti sekaten di Yogyakarta. Sebetulnya, ini prakarsa dari para elite," pungkas Asvi. Bukan hanya di Jakarta, sejarawan Anhar Gonggong menyebut di Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan, demam pasar malam juga terjadi. Sekitar 1963, lapangan terbuka dimanfaatkan sebagai pasar malam. Pasar malam itu hampir digelar di seluruh kepulauan di Indonesia, biasanya untuk merayakan hari-hari tertentu. "Di dalamnya ada permainan yang hadiahnya berupa sepeda. Akan tetapi, ada juga pasar malam yang menyediakan permainan semacam judi rolet," kata Anhar.
Selain itu, ada pertunjukan sandiwara dan permainan lempar bola. Pasar malam itu dinikmati rakyat dan keamanan diurus pejabat-pejabat atau tokoh masyarakat setempat. Anhar mengaku tidak tahu banyak soal sejarah pasar malam di Jakarta. Namun, sebagai gambaran, ia bercerita untuk menaiki satu wahana pasar malam di Ujung Pandang warga harus mengeluarkan duit sebesar setengah rupiah atau sekarang setara Rp5.000. (Aya/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved