Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
SESEKALI Andika, 39, bertepuk tangan untuk menyemangati anaknya yang tengah asyik bermain wahana pancing ikan magnet di Pasar Malam, Kampung Benda Pamulang, Tangerang Selatan. Senyumnya mengembang saat anaknya berhasil mendapatkan hasil pancingan. Keberadaan pasar malam, bagi Andika yang berpenghasilan Rp70 ribu per hari, sangat membantu. Ia bisa mengajak anaknya berekreasi tanpa harus membayar mahal. Ia tidak perlu membayar tiket masuk, cukup mengeluarkan uang setiap ingin bermain wahana yang tersedia.
"Bermain pancing ikan Rp5.000. Sebelumnya naik komedi putar Rp7.000. Enggak sampai Rp20 ribu sudah buat anak senang," ujar Andika yang sehari-hari berprofesi pengumpul barang bekas itu. Karena tinggal di daerah penyangga Ibu Kota, Andika hanya cukup merasakan wahana seperti di Dunia Fantasi (Dufan) Ancol di pasar malam. "Setidaknya orang seperti kami bisa ajak anak istri menikmati dufan-dufanan," ujarnya sembari tertawa lepas.Pasar malam yang digelar di kompleks Bumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan, cukup ramai dikunjungi warga sekitar. Nur, 22, warga Jagakarsa mengaku sering mengunjungi pasar malam jika sedang ada di lingkungan tersebut. Sebabnya, keramaian pasar malam bisa menjadi hiburan tersendiri tanpa biaya mahal.
"Dulu sejak kecil sering ke sini. Minimal dua kali kalau lagi ada di sini sama teman-teman. Sekadar jajan camilan saja sih. Kalau naik wahananya kan sudah enggak muat," ucapnya. Hal itu senada dengan pendapat warga yang tinggal di sekitar Kanal Banjir Timur (KBT), Jakarta Timur. Di sana, tepatnya di Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit, terdapat area sekitar 300 meter persegi yang menyediakan berbagai permainan laiknya Dufan, Ancol, Jakarta Utara. Komedi putar, bianglala, perahu ayun, dan arena memancing bisa dijajal orang dewasa. Arena lainnya ialah kolam bola, kolam perahu, kereta, dan mobil mini, khusus untuk anak-anak dengan tinggi setidaknya 100 cm. "Sangat menghibur anak-anak, saya juga bisa mencoba wahana untuk dewasa," ujar Taufik, salah satu pengunjung di sana. Harganya, menurut Taufik, sangat terjangkau. Komedi putar ialah Rp7.000, perahu ayun Rp7.000, dan memancing Rp5.000. Kolam bola Rp10 ribu, kolam perahu Rp10 ribu, kereta mini Rp5.000, dan mobil mini Rp10 ribu.
Ruang nostalgia
Pasar malam bagi sebagian warga menjadi tempat bernostalgia. Seperti Bain, 40, pengunjung di Pasar Malam Yudhika Ria, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurutnya, pasar malam tak lagi semeriah dulu. Ia ingat betul betapa dulu pasar malam selalu hadir di setiap kecamatan dan selalu menjadi daya tarik utama bagi warga sekitar. “Dahulu zaman menterinya Pak Ali Moertopo, saya masih kecil. Pernah ada pasar malam di asrama polisi dekat rumah saya. Truk-truk kompi dijadikan panggung, ada pertunjukan lenongnya," kenang Bain.
Kini, sembari mengantarkan tiga keponakannya bermain di sana, Bain menyayangkan pasar malam saat ini minim unsur budaya Betawi. Jangankan pertunjukan lenong, ondel-ondel pun tak ada. Dulu, pasar malam menjadi pusat hiburan bagi masyarakat dari semua kalangan. Sementara itu, kini, lanjutnya, pasar malam cenderung menjadi tempat bagi masyarakat menengah ke bawah. Uus, 55, warga Pamulang berpendapat sama. Baginya, pasar malam bukan hanya soal wahana bermain serta dagangan murah. Berkunjung ke pasar malam baginya mengingatkan cerita Uus di usia remaja.
Ia bercerita, pasar malam saat ia remaja menjadi tempat kumpul, bercanda, dan menghabiskan malam bersama teman sebaya. "Kalau ke pasar malam ingat masih muda. Kalau dulu jalan-jalan malam, sama teman sekolah. Kalau anak sekarang bilang ngemall," ujar pegawai swasta itu yang datang bersama kedua anaknya. Uus membandingkan pasar malam sekarang dengan pasar malam saat ia remaja. Ia mengatakan pasar malam saat ini lebih banyak diisi pedagang daripada wahana hiburan. "Kalau dulu ada wahana mainan lengkap, tong setan (rumah hantu) jadi favorit. Ada layar tancap juga biasanya, ajak pacar udah pas banget itu," cerita Uus. Namun, ia tetap berharap pasar malam ke depan tetap bergeliat. "Bisa jadi alternatif buat masyarakat pinggiranlah," ujarnya. (Nic/Beo/Put/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved