Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
TBC alias Turn back crime menjadi sihir di masyarakat. Kata TBC banyak dipakai di kaus, topi, dan jaket. Lantaran berkaus TBC, seorang pria cepak menjadi percaya diri dan mengaku sebagai anggota polisi.
Dengan modal kaus TBC, beberapa aksi kejahatan mulus dilaksanakan. Akibatnya, beredar informasi bahwa polisi melarang warga sipil menggunakan dan menjual atribut TBC.
Jika nekat, penjara mengancam. Info tersebut dibantah Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. Bahkan, Badrodin menyebut bahwa kaus TBC
berdampak positif bagi masyarakat. “Itu kan bukan seragam reserse. Reserse tidak beseragam. Kalau ada polisi yang inspeksi mendadak, tanyakan saja surat tugasnya,” tegasnya.
Badrodin sadar tulisan TBC merupakan moto Interpol sebagai upaya bahwa kejahatan harus diberantas bersama-sama. Namun, tidak terpikir kalimat itu disematkan di kaus dan dipakai pihak kepolisian.
“Interpol justru mengapresiasi sosialisasi Turn back crime. Karena itu, saya minta media juga sosialisasikan TBC bukan uniform, melainkan moto dari Interpol,” tutur Badrodin. Dalam bahasa Indonesia, TBC berarti melawan kejahatan. Sejatinya, Turn back crime merupakan kampanye global yang didengungkan Interpol.
Mabes Polri bersama NCB Interpol resmi mengumumkan kampanye itu di Indonesia pada 5 Juni 2014. Dari segi popularitas, kampanye itu cukup berhasil, sebab kini kalimat itu sudah tak lagi asing di telinga. Apalagi produk dengan tulisan Turn back crime dalam bentuk kaus, topi, ataupun jaket menjadi buruan warga sipil. Mereka tak segan merogoh kocek ratusan ribu rupiah demi memiliki atribut itu. Lihat saja saat Polda Metro Jaya menggelar Jakarta Metropolitan Police Expo di Mal Gandaria City pada Jumat 8 April hingga Minggu 10 April lalu, ratusan potong pakaian TBC di stan merchandise Ditreskrimum Polda Metro Jaya laris manis diborong pembeli setiap harinya.
Kini, masyarakat mudah memiliki kaus itu. Banyak toko pakaian menjualnya secara langsung. Harganya variatif, mulai dari Rp50 ribu sampai ratusan ribu rupiah.
Demam antribut TBC, bagi Sosiolog Universitas Indonesia Ricardo S Adnan, dipicu tragedi bom Thamrin yang menyedot perhatian warga. Dengan karakter masyarakat Indonesia yang sangat populis, wajar atribut Turn back crime digemari.
“Masyarakat kita ini cenderung ingin masuk gerbong orang-orang yang dibanggakan atau kelompok yang dibanggakan,” kata Ricardo.
Menurut Ricardo, fenomena atribut TBC bersifat musiman. Layaknya masyarakat memburu jersey sepak bola saat Piala Dunia atau Piala Eropa. Fenomena serupa juga terjadi saat masyarakat Indonesia demam mengenakan kaus FBI (Biro Investigasi AS) dan CIA (pusat intelijen AS). Kini, antribut TBC dengan logo ‘merah-putih’ di lengan yang sedang diburu. (Budi Ernanto/Arga Sumantri-MTVN/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved