Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
DUA alat pemantau Tinggi Muka Air (TMA) di aliran Sungai Cileungsi dan Kali Bekasi rusak akibat sambaran petir. Akibatnya, hingga kini pelaporan deteksi dini TMA kepada warga di bantaran kali terlambat.
Penjabat (Pj) Wali Kota Bekasi, Ruddy Gandakusumah menyampaikan, dua alat pemantau TMA tersebut berada di wilayah Kabupaten Bogor dan Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Kecamatan Jati Asih, Kota Bekasi. Dua alat tersebut kini tengah dicek agar segera diperbaiki.
“Alat tersebut rusak sejak Februari lalu, saat ini masih belum diperbaiki,” ungkap Ruddy, Minggu (22/4).
Ruddy menjelaskan, Tim dari Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (BMSDA) Kota Bekasi.
telah melakukan pengecekan kerusakan alat, masing-masing di kawasan PT Wika, Cileungsi, Kabupaten Bogor dan di Perumahan Pondokgede Permai (PGP) Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi. Setelah melihat kerusakan, pihaknya memperkirakan kerusakan dua alat tersebut adalah alat e-buffer yang hangus tersambar petir.
Waktu perbaikan, kata dia, adalah berkisar satu pekan. Perbaikan dilakukan dengan mulai pembelian komponen pengganti, pemasangan hingga uji coba alat.
"Kemarin, Sabtu (21/4) tim sudah mulai memperbaiki rangkaian instalasi listrik untuk mengembalikan fungsi e-buffer, tetapi pelaksanaannya baru di Cileungsi, belum di wilayah Kota Bekasi," jelas dia.
Sementara itu, Penasihat Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) Puarman mengatakan kerusakan dua alat pantau tinggi muka air (TMA) itu sempat berimbas pada keterlambatan pelaporan debit sungai kepada warga. Padahal, pelaporan tersebut bagi warga yang kini berdomisili di bantaran Sungai Cileungsi dan Kali Bekasi amat penting sebagai antisipasi limpasan air.
"Laporan kami jadi terlambat, padahal itu berguna bagi warga untuk waspada," kata dia di Bekasi, Minggu (22/4).
Puarman menjelaskan, selama ini KP2C berperan sebagai garda terdepan dalam pelaporan air kiriman dari Kabupaten Bogor di Kali Bekasi yang menjadi titik pertemuan Sungai Cileungsi dan Sungai Cikeas.
Pelaporan tersebut dilakukan dengan menempatkan petugas pantau di bagian hulu Cileungsi guna pemberitahuan dini potensi luapan sungai yang kerap menimbulkan banjir di rumah warga bantaran.
"Jumat (20/4) kemarin, TMA Kali Bekasi mencapai 480 sentimeter atau berstatus siaga (normalnya yakni 300 cm). Namun kami terlambat mengeluarkan pemberitahuan dini kepada warga selama beberapa saat, sebab alat pantaunya rusak," kata dia.
Petugas pantau KP2C, kata Puarman, selama ini bekerja berdasarkan laporan alat deteksi TMA milik Pemkot Bekasi di dua titik tersebut. Karen itulah pihaknya segera melapor pada pemerintah agar alat tersebut segera diperbaiki.
"Kalau tidak diperbaiki tentunya kerja kami jadi terhambat," tandas dia. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved