Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
WARGA di Kota Bogor, Jawa Barat, dalam sepekan terakhir mengeluh akibat langkanya gas elpiji ukuran tabung 3 kilogram. Warga terpaksa harus ‘berburu’ hingga ke luar daerah supaya dapur mereka tetap bisa ‘ngebul’.
“Gas elpiji melon (sebutan bagi tabung gas ukuran 3 Kg karena berwarna melon) sudah langka dari minggu lalu. Saya harus cari sampai ke luar kampung. Kalau pun dapat, harganya dinaikkan penjualnya,” ujar Abay, salah seorang warga Kelurahan Curug Mekar, Kota Bogor.
Dia mengatakan, harga gas elpiji melon kini mencapai Rp22 ribu per tabungnya. Padahal harga normalnya Rp20 ribu.
Jika kelangkaan tetap dibiarkan, sambung Abay, bukan tak mungkin harganya bakal naik lagi.
Warga lainnya, Muhamad Sayuti, salah seorang santri di sebuah pesantren di Cikeas, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, juga mengeluhkan hal yang sama.
Bahkan sudah sejak 4 hari lalu, dia mencari-cari hingga harus berburu gas melon itu ke luar Kota Bogor.
“Ini baru dapat di sini. Kami membutuhkan karena mau ada acara maulidan di pesantren,” kata Sayuti saat ditemui tengah mengantre di operasi pasar di Jalan Asogiri, Kelurahan Tanah Baru, Kota Bogor, kemarin.
Ia sengaja mengajak seorang temannya yang juga sesama santri untuk ikut mengantre. Tujuannya supaya bisa dapat membeli tabung gas lebih banyak.
Alhasil mereka dapat enam tabung gas melon dengan harga Rp16 ribu per tabungnya.
Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Bumi (Hiswana Migas) Wilayah Bogor mengakui adanya kelangkaan gas melon itu.
Bahkan, menurut Ketua Hiswana Migas Wilayah Bogor, Bahriun, kondisi itu sudah berlangsung selama sepekan.
“Langka sejak minggu lalu tapi memang baru <i>booming kemarin. Kami sudah operasi pasar di beberapa titik,” kata Bahriun.
Untuk di Kota Bogor, kata dia, operasi pasar sudah dilakukan di Ciwaringin, Kebon Kelapa, Tanah Sareal, Batu Tulis, dengan jam berbeda-beda.
Sementara untuk di Kabupaten Bogor, sedang dilakukan di Cisarua dan Cibeureum.
Hasil pemantauan pihaknya, operasi pasar secara berangsur-angsur sudah berhasil mengurangi persoalan.
“Terakhir, kemarin di Paledang juga sudah. Kami keluarkan 1.200 tabung dengan jumlah penduduk 3 ribu. Kita tunggu sampai pukul 15.00 WIB lebih, tidak ada orang lagi yang beli, baru kami pulang,” ungkapnya.
Bahriun mengatakan, kebutuhan paling tinggi akan gas elpiji melon tetap di kabupaten yakni sebanyak 4 juta. Sedangkan di kota sebanyak 700 ribu.
Dia menjelaskan, stok gas elpiji melon untuk wilayah Bogor sebenarnya cukup. Hanya saja, dalam sepekan terakhir, banyak warga yang menggelar hajatan (resepsi pernikahan dan acara maulid nabi) sehingga banyak butuh banyak gas elpiji untuk urusan konsumsi.
“Ada pemakaian yang luar biasa banyak oleh warga. Di daerah-daerah yang kemarin saya kunjungi, ada belasan tabung untuk sekali hajatan,” kata Bahriun.
Untuk antisipasi, pihaknya telah meminta Pertamina menambah stok 30% dari kuota 4,7 juta.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiharto juga langsung turun memantau operasi pasar setelah mendengar keluhan warganya. (Dede Susianti/J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved