Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Duterte Perintahkan Ledakkan Penculik

16/1/2017 06:20
Duterte Perintahkan Ledakkan Penculik
(AFP)

PRESIDEN Filipina Rodrigo Duterte memerintahkan tentara untuk mengebom para ekstremis yang melarikan diri dengan tawanan mereka.

Upaya memberantas penculikan di perairan itu tidak memedulikan korban warga sipil.

Duterte menyebut warga sipil yang tewas dalam serangan tersebut sebagai 'korban yang tidak disengaja' (collateral damage).

"Mereka bilang itu 'sandera.' Maaf, (saya bilang) itu korban yang tidak disengaja. Jadi, tolong, jangan biarkan dirimu diculik," katanya terkait dengan kemungkinan warga atau sandera terkena ledakan dalam upaya penumpasan, Sabtu (14/1).

Sebelumnya dia telah meminta negara tetangga, Indonesia dan Malaysia, untuk memerintahkan tentara masing-masing menumpas para militan yang menculik pelaut di perairan yang kini dikawal tiga negara tersebut serta membawa korban penculikan mereka ke Filipina Selatan.

Dia mengatakan telah memberikan perintah yang sama kepada tentara Filipina.

"Kalian tidak bisa melarikan diri dari kesalahan kalian. Saya akan benar-benar menghancurkan kalian," ujarnya dalam pidato di kota kelahirannya, Davao.

Dia menginstruksikan angkatan laut dan penjaga pantai.

"Jika ada penculik dan mereka berusaha untuk melarikan diri, bunuh mereka semua."

Ia mengatakan pendekatan seperti itu akan memungkinkan pemerintah impas dengan tebusan yang diminta para militan.

Pernyataan Duterte mencerminkan kegelisahan dan keputusasaan Filipina--bersama dengan Malaysia dan Indonesia--dalam menghentikan serangkaian penculikan demi mendapatkan tebusan, terutama oleh militan Abu Sayyaf dan sekutu mereka di sepanjang perairan perdagangan regional.

Pada Sabtu, kelompok Abu Sayyaf membebaskan kapten Korea Selatan Park Chul-hong dan awaknya asal Filipina Glenn Alindajao yang diculik tiga bulan lalu dari kapal kargo mereka.

Mereka diserahkan kepada para pemberontak Front Pembebasan Nasional Moro, yang kemudian menyerahkan mereka kepada pejabat Filipina di Kota Jolo Selatan di Provinsi Sulu.

Pemberontak Moro, yang menandatangani kesepakatan damai dengan pemerintah pada 1996, telah membantu merundingkan pembebasan beberapa sandera Abu Sayyaf, yang dimasukkan daftar hitam oleh AS sebagai organisasi teroris untuk penculikan, pemenggalan, dan pengeboman. (AFP/*/I-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya