Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Mereka Mati demi Sebuah Impian

23/5/2016 06:40
Mereka Mati demi Sebuah Impian
(AP/TASHI SHERPA)

MEI merupakan bulan pendakian di Everest, sebab di bulan kelima dalam kalender Masehi itu, cuaca di kawasan gunung tertinggi di dunia tersebut relatif bersahabat ketimbang bulan-bulan lainnya semisal September atau Desember.

Eric Arnold dan Maria Strydom, termasuk di antara ribuan pendaki yang tahun ini mendaki gunung yang terletak di perbatasan Nepal dan Tibet tersebut.

Arnold mengusung ambisi menggapai puncak Everest untuk pertama kali.

Sementara itu, Strydom ingin membuktikan bahwa seorang vegetarian seperti dirinya tak akan kekurangan nutrisi jika mendaki.

Arnold dan Strydom tentu telah memperhitungkan bahaya yang bakal mengancam jiwa mereka dalam upaya mendaki gunung setinggi 8.850 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.

Apalagi, mereka bukan kali pertama melakukan ekspedisi pendakian.

Arnold, 36, pria warga Belanda, bahkan sudah empat kali ke Everest meski tak sekali pun berhasil menggapai puncaknya.

Begitu juga dengan Strydom.

Perempuan berusia 34 tahun yang berprofesi sebagai dosen di Universitas Monash, Australia, itu sering mendaki gunung, seperti Denali di Alaska, Aconcagua (Argentina), serta Kilamanjaro (Kenya).

Tahun ini, Arnold berhasil menggapai puncak, sedangkan Strydom hanya sampai pos terakhir karena ia kelelahan.

Di ketinggian sekitar 8.000 meter, perempuan vegetarian itu bermalam.

Sayang, malam itu menjadi malam terakhirnya di gunung, sebab Sabtu (21/5) sore, Strydom yang mendaki bersama suaminya, Robert Gropel, tewas lantaran kehabisan oksigen, sementara sang suami selamat meski kondisi fisiknya juga lelah.

Mereka mengalami altitude sickness atau yang juga dikenal dengan sebutan acute mountain sickness (AMS), yakni sebuah penyakit yang kerap muncul dalam pendakian ke tempat tinggi.

Kondisi tersebut antara lain dipicu minimnya oksigen sehingga menyebabkan trauma hiperventilasi, mual, dan kelelahan.

Menurut Kepala Kantor Pendakian Everest Gyanendra Shrestha, tahun ini dari ratusan pendaki yang mendekaki puncak Everest, 30 orang di antaranya menderita sakit.

"Mereka umumnya disengat hawa dingin hingga nyaris beku," katanya, Minggu (22/5).

Hal itu pula yang dialami Arnold. Kesuksesannya menggapai puncak Everest harus dibayar mahal.

Dia tewas saat dalam perjalanan turun.

Arnold yang juga kelelahan meninggal di dekat South Col (sekitar 8.000 meter di atas permukaan laut), sehari sebelum Strydom ditemukan wafat.

Setahun sebelum pendakian, Arnold, saat diwawancarai wartawan dari RTV Rijnmond mengatakan bahwa risiko bagi pendaki belum selesai meski sudah mencapai puncak.

Dua dari tiga kecelakaan di gunung, kata dia, biasanya terjadi saat turun.

"Jika Anda terlalu gembira karena telah berhasil mencapai puncak, harus diingat bahaya masih mengintai di atas kepalamu," ujarnya. Arnold telah membuktikan ucapannya itu. (AFP/AP/adiyanto/X-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya