Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Korsel Garansi tidak Ada Perang

Haufan Hasyim Salengke
18/8/2017 00:33
Korsel Garansi tidak Ada Perang
(AFP/JUNG Yeon-Je)

DI tengah risiko perang yang bisa meletus kapan pun, Korea Selatan (Korsel) 'menggaransi' tidak akan ada perang yang meletus di Semenanjung Korea. Korsel menekankan mereka memiliki hak veto atas tindakan militer Amerika Serikat dalam merespons program nuklir Korea Utara (Korut). Selain menyampingkan potensi perang, Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan sedang mempertimbangkan untuk mengirim seorang utusan khusus ke Korut untuk melakukan pembicaraan jika Pyongyang bersedia menghentikan uji coba rudal dan nuklir.

"Saya akan mencegah perang dengan segala cara," ujarnya dalam konferensi pers, kemarin, yang menandai 100 hari pertama menjabat presiden. "Saya ingin semua warga Korsel yakin bahwa tidak akan ada lagi perang di Semenanjung Korea," ia menegaskan. Ketegangan meningkat di kawasan itu dalam beberapa bulan terakhir setelah Pyongyang melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) pertama yang sukses, yang mampu menjangkau sebagian besar wilayah AS. Moon memperingatkan bahwa 'garis merah' ialah upaya Pyongyang 'merampungkan program ICBM berhulu ledak nuklir.

"Jika Korut melancarkan provokasi lagi, mereka akan menghadapi sanksi yang lebih keras dan tidak akan mampu bertahan. Saya ingin memperingatkan Korut agar mengakhiri pertaruhannya yang berbahaya," ujar suksesor Park Geun-hye itu. Washington telah menjadi penjamin keamanan Seoul sejak berakhirnya Perang Korea pada 1953, yang menyebabkan Semenanjung Korea terbelah menjadi Korsel dan Korut. Dua negara sekandung itu secara teknis masih berperang karena perang tersebut berakhir tanpa perjanjian damai. 'Negeri Paman Sam' memiliki 28.500 tentara yang ditempatkan di 'Negeri Ginseng' untuk melindungi Seoul dari setiap serangan.

Namun, Moon mengatakan Seoul secara efektif memiliki hak veto atas tindakan militer oleh AS. Pekan lalu Pyongyang mengancam akan membombardir Guam di dekat instalasi militer AS dengan rudal, yang belakangan ditunda untuk mengawasi perilaku Washington.
Presiden Doanld Trump berjanji akan merespons Pyongyang dengan janji 'api dan amarah' dan mengklaim senjata Washington sudah dalam posisi 'terkunci dan terisi'. Trump pada Rabu (16/8) menyebut Jong-un telah membuat pilihan 'bijaksana' dengan tidak melakukan ancaman terhadap Washington, termasuk menunda menyerang Guam.

'Pemimpin Korut Kim Jong-un membuat keputusan yang sangat bijak dan beralasan. Alternatifnya pasti sangat buruk dan tidak dapat diterima!' kata Trump dalam sebuah komentar di Twitter.

Konsultasi
Retorika intens di kedua belah pihak telah menimbulkan kekhawatiran salah perhitungan yang menyebabkan konsekuensi bencana. Maklum Pyongyang memiliki kekuatan artileri sangat besar yang dikerahkan ke wilayah Seoul, tempat jutaan orang tinggal. Trump telah menegaskan bahwa pilihan apa pun yang mereka ambil terhadap Korut, semua keputusan akan dibuat setelah berkonsultasi dengan dan mendapatkan persetujuan Seoul. Retorika Trump telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengamat, tetapi Moon, yang berkunjung ke Washington pada akhir Juni, menolak untuk mengkritik pilihan kata-kata pemimpin AS.

"Pemimpin AS berusaha menekan Korut dengan menunjukkan resolusi yang tegas," ujarnya. Dia menambahkan, "Semua warga Korsel telah bekerja sekuat tenaga membangun kembali negara ini dari reruntuhan Perang Korea. Kita tidak bisa kehilangan apa pun dengan perang yang lain." (AFP/Yonhap/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya