Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Maduro Tuding AS Kobarkan Kerusuhan

Irene Harty
28/7/2017 03:45
Maduro Tuding AS Kobarkan Kerusuhan
(AFP PHOTO / Venezuelan Presidency)

PRESIDEN Venezuela Nicolas Maduro mengecam langkah Amerika Serikat (AS) yang menjatuhkan sanksi terhadap rezimnya. Maduro menyebut 'Negeri Paman Sam' bertindak pongah. "Hukuman AS ilegal, kurang ajar, dan belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka para imperialis, mereka pikir mereka siapa? Pemerintah dunia?" ungkap Maduro dalam sebuah pidato. Ia tengah mendapat tekanan dari luar dan dalam negeri soal rencananya memilih badan baru yang akan menulis ulang konstitusi.

Maduro menuduh AS me-ngobarkan kerusuhan terhadap dirinya dan pemerintahannya lewat oposisi konservatif. Dia menegaskan bahwa militer Venezuela tetap setia kepadanya. Pernyataan Maduro itu dilontarkan setelah Kementerian Keuangan AS mengumumkan daftar 13 mantan pejabat Venezuela yang asetnya di AS akan dibekukan.
Daftar itu termasuk menteri dalam negeri, presiden senior militer, presiden dewan pemilihan, dan kepala keuangan perusahaan minyak negara PDVSA.
Tindakan itu dilakukan sebagai tekanan atas rencana kontroversial Maduro memilih majelis baru dan menulis ulang konstitusi.

Oposisi dan AS memaksa Maduro membatalkan pemilihan 545 anggota Majelis Konstituante pada Minggu (23/7). Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan AS mendukung warga Vene-zuela yang tengah berjuang mengembalikan demokrasi dan kemakmuran. Dia pun memperingatkan sanksi berat akan diberlakukan bagi siapa pun yang terpilih ke Majelis Konstituante. Tiga belas negara dari 35 negara anggota Organisasi Negara-Negara Amerika, blok politik regional, mendesak Maduro menunda pemilihan pada Minggu (30/7).

Argentina, Brasil, Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada menyebut pemungutan suara itu penghancuran demokrasi. Para kritikus mengatakan pembentukan badan itu ialah langkah menuju kediktatoran karena menurunkan kekuatan Majelis Nasional yang dikuasai oposisi. Menurut firma jajak pendapat Datanalisis, mencapai 70% warga Venezuela menentang Majelis Konstituante. Pihak oposisi merencanakan demonstrasi besar lainnya di ibu kota hari ini (Jumat, 28/7).

Korban
Sementara itu, seorang re-maja berusia 16 tahun tewas dalam demonstrasi antipemerintahan pada Rabu (26/7). Remaja itu menjadi korban kedua sejak kerusuhan terakhir. Jaksa belum mengumumkan nama korban atau penyebab kematiannya. Namun, itu menambah jumlah korban tewas dalam empat bulan demonstrasi anti-Maduro menjadi 105 orang. Demonstrasi anti-Maduro telah berlangsung sejak 1 April lalu.

Demonstrasi skala nasional terjadi pada dua hari belakangan dengan tuntutan pemakzulan presiden. Menurut penyelenggara, 92% rakyat Venezuela yang tengah dilanda kekurangan pangan mendukung unjuk rasa itu. Menyusul ancaman pecah kerusuhan menjelang pemilihan Konstituante Minggu (29/1), ribuan warga Vene-zuela melintasi perbatasan menuju Kolombia sepanjang minggu ini dengan membawa tas-tas berat. (AFP/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya