Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
RASA kesemutan, kram, dan kebas (baal) mungkin terkesan sepele. Namun, gejala-gejala itu sebaiknya jangan dianggap enteng. Bisa jadi, itu merupakan pertanda awal neuropati, yaitu rusaknya jaringan saraf tepi.
“Saraf tepi ialah cabang-cabang saraf yang keluar dari area tulang belakang menuju organ-organ tubuh. Fungsinya antara lain menyalurkan impuls informasi yang diterima pancaindra ke otak untuk diproses dan menyalurkan ‘perintah’ otak ke organ-organ tubuh agar bekerja sebagaimana mestinya,” papar dokter spesialis saraf Manfaluthy Hakim pada peluncuran Kampanye Lawan Neuropati di Jakarta, akhir April lalu.
Acara itu diselenggarakan perusahaan sains dan teknologi Merck dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) menyambut pekan kesadaran neuropati yang secara global diperingati setiap 12-16 Mei.
Lebih lanjut Manfaluthy menjelaskan, ketika saraf terkena neuropati, saraf tidak dapat menjalankan fungsinya. Kondisi itu akan memunculkan sejumlah gejala. Bentuk gejalanya bergantung pada bagian saraf mana yang diserang. Neuropati pada saraf motorik, misalnya, menimbulkan gejala kesemutan, kram, kaku-kaku, hingga kelemahan anggota gerak. Neuropati yang menyerang saraf sensorik bisa menimbulkan mati rasa atau timbul rasa nyeri seperti terbakar.
“Gejala kulit kering, kulit mengilap, dan rambut rontok di bagian tubuh tertentu juga bisa timbul karena saraf otonom yang mengatur kerja organ di area itu rusak,” jelas Manfaluthy yang juga Ketua Kelompok Studi Neurofisiologis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Penyebab neuropati ada beberapa hal. Antara lain, penuaan, diabetes, kekurangan vitamin B1, B6, dan B12, serta trauma atau penjepitan saraf. “Penuaan menyebabkan degenerasi sel-sel saraf, kadar gula darah yang tinggi pada pasien diabetes merusak jaringan saraf. Sekitar 50%-70% pasien diabetes mengalami neuropati,” tambahnya.
Adapun kaitannya dengan vitamin B1, B6, dan B12, lanjut Manfaluthy, kelompok yang disebut vitamin neurotropik itu merupakan ‘makanan’ sel-sel saraf. Vitamin tersebut sangat diperlukan untuk menjaga sistem saraf supaya bekerja dengan baik. Vitamin itu banyak terdapat pada kacang-kacangan, serealia seperti beras dan gandum, kuning telur, dan daging.
Penjepitan saraf, Manfaluthy mengungkapkan, erat terkait dengan gaya hidup. Pemakaian sepatu hak tinggi, serta kegiatan yang melibatkan gerakan berulang dalam jangka lama seperti mengetik, mencuci baju, menyapu, dan mengendarai motor yang memicu getaran pada tangan bisa menyebabkan saraf cedera hingga timbul neuropati.
Penanganan neuropati tentu disesuaikan dengan penyebabnya. Karena itulah, agar penanganan tepat, seseorang yang mengalami gejala awal neuropati segera memeriksakan ke dokter. Tujuannya kerusakan saraf tidak berlanjut semakin parah.
“Jika penyebabnya diabetes, gula darah harus dikontrol. Kalau tidak, neuropati akan semakin parah hingga timbul gejala yang lebih lanjut seperti kelumpuhan, impotensi, serta mudah timbul luka karena kulit mati rasa,” tegasnya.
Neuromove
Pada kesempatan sama, Ketua Umum Pengurus Pusat Perdossi Prof Hasan Machfoed mengingatkan pentingnya pencegahan neuropati. Ketika struktur saraf telanjur rusak, itu sulit bahkan tidak bisa dipulihkan lagi.
“Langkah pencegahannya sederhana, cukupi asupan vitamin neurotropik, terapkan gaya hidup sehat termasuk makan bergizi seimbang, tidur cukup, dan olahraga. Kalau ada gejala awal seperti sering kesemutan, kram, dan kebas, segera periksakan ke dokter,” tegas Hasan.
Ia menambahkan, kesemutan yang menjadi gejala neuropati berbeda dengan kesemutan yang terjadi karena anggota tubuh tertindih atau menekuk terlalu lama. “Itu kesemutan yang wajar karena aliran darah terhambat. Kalau kesemutan karena neuropati, muncul dengan sendirinya, tiba-tiba,” imbuhnya.
Terkait dengan olahraga untuk pencegahan neuropati, Merck secara khusus menciptakan dan menyosialisasikan senam yang disebut neuromove sebagai bagian dari Kampanye Lawan Neuropati.
“Neuromove merupakan gerakan olahraga yang didesain untuk mengaktifkan sel-sel saraf seperti gerak menyilang batang tubuh, koordinasi bola mata dan tangan, balance, dan fokus pada gerakan stretching,” terang dokter spesialis kesehatan olahraga, Ade Tobing.
Ia menjelaskan pada intinya olahraga sangat bermanfaat untuk mencegah neuropati karena dengan olahraga, aliran darah ke seluruh tubuh lebih lancar, termasuk ke sel-sel saraf. Selain itu, olahraga, khususnya gerakan peregangan, bermanfaat memperluas lingkup persendian sehingga mengurangi risiko cedera yang dapat merusak saraf.
Head of Marketing Consumer Health of PT Merck Tbk, Anie Rachmayani, menjelaskan tahun ini pihaknya menyertakan sosialisasi senam neuromove dalam Kampanye Lawan Neuropati yang puncaknya digelar di Ancol, Jakarta, pada 15 Mei lalu untuk membantu masyarakat mencegah neuropati.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan di Neuro Check Point kami tahun lalu, dari 16.800 responden di 11 kota di Indonesia, 43% berisiko terkena neuropati. Tren gaya hidup pemicu neuropati, seperti mengetik di gadget dan menggunakan sepatu hak tinggi, juga terus meningkat. Karena itulah, kami menggelar Kampanye Lawan Neuropati,” kata Anie. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved