Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
ADA yang spesial dilakukan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar, 60, di sela-sela kesibukannya menjalankan tugas Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Perempuan yang jarang lepas dari kacamata itu, pada Sabtu (3/12) malam bermalam minggu di Warung Cenghar Kopi di Kota Cimahi, Jawa Barat. Dia tidak sendirian, tetapi ditemani pemuda setempat dan sejumlah dirjen dari Kementerian LHK. Bukan tanpa maksud sang menteri berada di sana. Selain bercengkerama dan berdiskusi dengan generasi muda dalam menjaga ekologi lingkungan khususnya di lahan konservasi, Siti juga meluncurkan Warung Cenghar Kopi yang menjadi salah satu gerai Perhutanan Sosial Nusantara (Pesonamart) yang diwujudkan dalam bentuk konsep perhutanan sosial dan kemitraan lingkungan.
Dalam kesempatan itu, Siti lebih banyak bicara soal kopi, mulai menanam di hulu hingga dinikmati pecinta kopi atau di hilir. Siti mengatakan pihaknya sudah diinstruksikan Presiden agar hutan yang dimanfaatkan masyarakat, bukan menjadi sesuatu yang disalah-salahkan atau jadi mengkhawatirkan buat pemerintah dan masyarakat. "Pada 21 September lalu Presiden telah menegaskan bahwa kita kembangkan kehutanan sosial yang bisa diakses masyarakat untuk dimanfaatkan, dan kopi termasuk tanaman yang baik untuk melindung tanah dan konservasi karena akarnya bisa masuk dan mencengkeram ke dalam tanah serta menghasilkan oksigen untuk kebutuhan masyarakat," ungkapnya. Menurut dia, dari hulunya tanaman kopi ini sudah menjadi sesuatu yang baik karena memberikan manfaat besar untuk lingkungan dan masyarakat, tetapi persoalan ada di hilirnya sebab harga kopi bisa mahal, sedangkan di hulunya itu lebih murah.
Atasi kemiskinan
Lebih jauh, dalam upaya menyejahterakan masyarakat, pihaknya telah memikirkan hutan sosial yang harus dibantu dengan mengawal perhutanan sosial ini mulai hulu hingga ke hilir agar semuanya bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh rakyat. "Jadi, itu alasan kenapa Menteri Kehutanan harusnya ada di hutan, tapi ini malah malam mingguan di sini bersama para remaja," katanya. Siti menginginkan agar keberadaan warung kopi itu terus dikembangkan sebagai upaya menciptakan lapangan kerja dan mengatasi kemiskinan. Ia bahkan mengharapkan pada akhir 2018 mendatang jumlahnya bisa mencapai 6.000 warung di seluruh Indonesia.
"Hal ini sesuai arahan program Kabinet Kerja pemerintah sekarang dalam menciptakan lapangan kerja dan mengatasi kemiskinan. Karena yang kita pikirkan ialah rakyatnya dapat apa. Kalau cukup bekerja, tapi enggak berpenghasilan, kan, bagaimana? Harusnya seimbang, rakyat itu bekerja dan berpenghasilan," bebernya. Agar tujuan itu bisa tercapai, Siti berjanji akan lebih memperhatikan perkembangan warung kopi yang mengambil konsep seller meet buyer (penjual menemui pembeli) ini. "Maaf kalau nanti-nanti saya cerewet demi mengikuti perkembangan di sini. Itu karena saya ingin tahu setelah dirapikan di bagian hulu, tapi kemudian jika di hilirnya tidak tersalurkan atau tidak menghasilkan uang, kan, repot. Sektor hilir inilah yang langsung dirasakan rakyat," jelasnya. (H-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved