Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Pembiayaan Ekonomi Beralih ke Pasar Modal

Yose Hendra
05/12/2016 02:50
Pembiayaan Ekonomi Beralih ke Pasar Modal
(ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

BANK Indonesia mencatat dunia usaha mulai mengandalkan sumber pembiayaan dari nonperbankan sepanjang tahun ini, sebagai imbas dari sulit turunnya bunga kredit, dan posisi selektif perbankan dalam menyalurkan kredit. Berdasarkan data Bank Sentral, saat kredit perbankan hanya tumbuh 7,4% secara tahunan (yoy) di Oktober 2016, pembiayaan via instrumen di pasar modal sudah jauh melewati realisasi pada 2015. Perinciannya pembiayaan melalui surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) dan sertifikat deposito (negoitable certificate of deposit/NCD) Rp166,9 triliun, atau melebihi realisasi sepanjang 2015 yang Rp129 triliun.

Pembiayaan dari obligasi korporasi Rp83 triliun, berbanding sepanjang 2015 yang Rp55,3 triliun. Penerbitan saham baru (rights issue) dan aksi kepemilikan saham lainnya sudah mencapai Rp50,4 triliun, mendekati realisasi 2015 yang Rp53,6 triliun. Direktur Esekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan masih lambannya perbankan dalam merespons penurunan suku bunga acuan BI membuat pembiayaan non-bank menjadi lebih menarik. Dari sisi perbankan, dia mengatakan hal itu juga mencerminkan fungsi intermediasi perbankan yang masih belum efisien karena masih sulitnya menurunkan bunga kredit, padahal suku bunga dana pihak ketiga (DPK) sudah turun signifikan.

"Kalau banknya tidak bisa berkompetisi karena suku bunga kreditnya masih tinggi, padahal suku bunga simpanannya sudah diturunkan, sehingga sebagian pangsanya diambil nonbank, itu persoalan perbankan yang harus dibenahi," ujarnya. Juda juga melihat terdapat kecenderungan perbankan mengambil margin keuntungan terlalu besar karena masih lebarnya selisih penurunan suku bunga deposito dengan penurunan suku bunga kredit. "Mungkin untuk kover kenaikan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL)," ujarnya. Menurut Juda, sejak awal 2016, dengan penurunan suku bunga acuan BI sebesar 150 basis poin, suku bunga kredit hingga Oktober 2016 baru turun 62 basis poin, padahal suku bunga deposito sudah turun sebesar 129 basis poin. Di sisi lain, dengan meningkatnya pembiayaan nonbank, sumber pembiayaan ekonomi dalam negeri menjadi lebih beragam. Menurut Juda, keberagaman sumber pembiayaan akan meningkatkan ketahanan ekonomi saat dihadapkan pada potensi krisis.

Literasi keuangan
Sebaliknya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan kegiatan mendorong perluasan program inklusi keuangan guna mendukung sasaran Strategi Nasional Keuangan Inklusi (SNKI), yakni tingkat literasi keuangan sebesar 75% pada akhir 2019. "Masyarakat Sumatra Barat sudah dikenal memiliki semangat menabung yang tinggi dan ini merupakan potensi dana tabungan yang bagus karena dana masyarakat pada gilirannya akan disalurkan untuk membangun daerah," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad dalam acara Elok Laku Pandai Manabuang yang digelar OJK bersama PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) di Stadion Haji Agus Salim, Padang, Sumatra Barat, Sabtu (3/12),

Sejak itu diluncurkan Mei 2015, OJK terus mendorong jumlah rekening tabungan (basic saving account/BSA) yang hingga September 2016 telah mancapai Rp93,79 miliar. Jumlah agen Laku Pandai sampai September berjumlah 159.521 (perorangan) dan 968 (badan) yang berasal dari 15 bank peserta Laku Pandai. "Kami mengapresiasi Program Laku Pandai yang digagas OJK. Laku Pandai menjadi satu terobosan bagi bank untuk menjangkau masyarakat di pelosok yang selama ini tidak tersentuh oleh layanan perbankan," kata Wakil Direktur Utama BTPN Ongki W Dana. (Ant/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya