KEBUTUHAN akan makanan sehat. Itu lah yang melandasi pasangan Agus Haryono dan Dini M Sesaria membangun usaha toko kebutuhan sehari-hari pada Februari 2017 bernama Jingga Grocer. Pasangan suami istri itu merasa tubuhnya menjadi lebih enak usai mengonsumsi beras organik, namun persoalan muncul karena bahan pangan tersebut masih agak sulit di dapat di wilayah rumahnya, Kota Bekasi.
Keduanya memulai dengan membuat mini showroom di ruang tamu rumah dengan ukuran 3x2 meter. Di tempat itu terdapat susunan etalase gantung, rak hingga empat meja untuk menaruh beberapa produk organik yang dijual. Sejalan dengan toko luring yang dibangun, Agus dan Dini pun menyelaraskannya dengan mendaftarkan Jingga Grocer pada platform marketplace.
"Kami pikir, kenapa nggak sekalian jual saja untuk orang-orang sekitar rumah. Barangkali ada juga yang mengonsumsi tetapi sulit mendapatkan. Kami juga langsung masuk ke marketplace supaya pasarnya bisa lebih luas tetapi saat itu varian produk yang ada di marketplace belum sampai 100 macam," kata Agus, Sabtu (25/2).
Baca juga: Kementan Jaga Resiliensi Perkebunan Indonesia 2023 demi Akselerasi PSR
Dimulai dari beras, lantas produk yang dijajakannya semakin beragam seperti kecap organik, kaldu organik hingga minyak kelapa. Agus mengakui jika penjualan lebih banyak datang dari toko daring di marketplace, porsinya mencapai 80%. Meski begitu, ia tetap mempertahankan toko fisik karena banyak juga tetangga di sekitar rumah yang berbelanja langsung.
Merambah Website
Memasuki awal tahun 2020, Agus dan Dini mendapatkan cobaan. Tokonya terimbas banjir, beberapa barang dagangan pun tak bisa diselamatkan. Namun mereka tak patah semangat, berbekal informasi yang cukup baik, Agus lantas mengajukan pendanaan KUR (Kredit Usaha Rakyat) untuk memperbaiki kinerja tokonya. Sembari memperbaiki, Agus tetap membuka toko bagi tetangga sekitar namun metode belanjanya dialihkan, memesan melalui whatsapp.
"Toko sudah selesai diperbaiki eh muncul pandemi hehe, ya sudah toko daring tutup, luring juga tutup saat PPKM pertama. Nah, masuk masa PPKM berikutnya sudah mulai buka secara daring dan pesanan whatsapp. Wah, ada kenaikan sekitar 20% tuh penjualan tetapi untuk item tertentu seperti madu, jahe, yang ketika itu disebut-sebut sebagai obat penyakit covid-19," ungkap Agus di tokonya yang kini sudah semakin besar ruangannya.
Pandemi memang melahirkan banyak langkah baru, para pengusaha harus menemukan cara lain agar bisnisnya bisa tetap berjalan. Itu juga yang terjadi pada Jingga Grocer milik Agus, usai memiliki akun toko di marketplace kemudian merambah penggunaan website yang menyatu dengan program kasir melalui aplikasi point of sales sejak 2021.
Dok Pribadi
Selain itu, pria lulusan Ilmu Politik ini juga berkeinginan memiliki sebuah usaha yang layak dan baik, mudah untuk dilihat dan digunakan orang hingga tujuan lebih besar yakni kerja sama secara b to b (bussiness to bussiness).
"Secara penjualan memang masih kurang karena masih banyak pembeli yang malas registrasi. Tetapi ada sistem yang menghubungkan langsung ke WhatsApp, Instagram maupun marketplace, kebanyakan yaa tetap dari sini penjualannya. Memang secara pengalaman, lebih enak dan nyaman dengan melihat di website, lalu mereka memesan yaa lewat link-link lain yang ada," tuturnya.
Baca juga: LMAN Telah Bayarkan Rp106,95 Triliun Untuk Pengadaaan Tanah
Agus menyebut ada beberapa keuntungan dengan menggunakan aplikasi point of sales dengan berbasis website seperti real time report, bisa diakses kapanpun oleh owner (pemilik), stock & inventory termonitor, lalu ada notifikasi jika stok sudah menipis.
Pun ada aplikasi akuntansi di dalamnya meski tidak terlalu lengkap namun untuk laporan dasar sudah cukup seperti buku besar, profit & loss, neraca, cash flow hingga laporan utang piutang.
Pembayaran digital
Tak hanya digitalisasi di bagian toko tetapi juga pembayaran. Kini, Agus menerima pembayaran dengan menggunakan EDC maupun metode QRIS yang bisa menerima dari semua bank maupun e-wallet. Ini tentu lebih memudahkan baik bagi dirinya sebagai penjual maupun pembeli, tak lagi perlu mencari uang kembalian.
"Untuk skala seperti saya, digitalisasi ini sudah cukup. Hanya saja untuk proses pencairan ke rekening kalau menggunakan metode QRIS harus menunggu beberapa hari," tukasnya.
Sejalan dengan melakukan digitalisasi pada usahanya, Agus juga semakin memperbanyak ragam produk Jingga Grocer. Salah satunya, Agus memasok beberapa jenis sayur dan buah organik dari petani milenial di Salatiga. Peminatnya pun banyak, meskipun rata-rata pembeli merupakan seseorang yang memiliki kebutuhan akan kesehatannya.
"Petani Milenial Salatiga ini yang menggaet saya lebih dahulu, menawarkan company profile mereka. Saya baca dan oke karena tersertifikasi sehingga mau menjajaki kerja sama yang sudah mau berjalan dua tahun ini," pungkasnya.(OL-4)