Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Jangan lagi Tiang Listrik Jadi Jemuran

26/5/2016 07:30
Jangan lagi Tiang Listrik Jadi Jemuran
(REZA PRATMOKO)

LISTRIK ibarat urat nadi bagi kehidupan masyarakat yang tidak lagi sekadar menjadi sumber penerang di kala malam.

Beragam aktivitas warga telah sepenuhnya sepenuhnya bergantung pada pasokan listrik.

Namun, ketertinggalan pembangunan di wilayah timur Nusantara juga diiringi disparitas ketersediaan pasokan listrik dengan jumlah rumah tangga (rasio elektrifikasi) dengan wilayah Barat.

"Listrik bak anugerah bagi kami. Tiang listrik yang dialihfungsikan menjadi tiang jemuran merupakan hal yang lumrah di Maluku. Mungkin orang-orang lihat ada tiang menganggur, mending dijadikan tempat menjemur pakaian," seloroh Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Maluku Martha Nanlohi saat berbincang dengan media di Bogor, Jawa Barat, akhir pekan lalu.

Perempuan berambut pendek itu menuturkan, dengan kondisi geografis Maluku yang terdiri dari 1.132 pulau, persoalan infrastruktur yang menjadi unsur konektivitas terbilang masih rendah.

Situasi yang dinilai tidak ekonomis kerap membuat investor tidak melanjutkan proyek pembangkit listrik.

Padahal sebelumnya, sambung dia, Maluku sempat masuk proyek percepatan pembangunan pembangkit listrik 10 ribu Mw.

"Pemerintah daerah serbasusah, karena anggaran daerah tidak cukup untuk melistriki seluruh pulau yang ada," cetus Martha.

Menurutnya, masih ada sekitar 141 desa di Maluku yang belum terjamah penerangan, terutama di perbatasan langsung dengan Nusa Tenggara Timur.

Karena itu, Martha mengapresiasi pemerintahan Joko Widodo yang menaruh atensi besar terhadap listrik dari energi baru terbarukan (EBT) mulai dari air, angin, dan matahari yang memang banyak tersedia di wilayah Timur.

"Adanya Program Indonesia Terang (PIT) membawa optimisme, apalagi Maluku menjadi sekretariat PIT. Semoga itu bisa mempercepat ketersediaan listrik di Timur," imbuhnya.

Setidaknya, warga di kepulauan rempah itu nantinya bisa merasakan listrik EBT seperti yang kini dinikmati warga di Distrik Marujaya, Kabupaten Maybrat, Papua Barat.

"Sekarang anak sekolah bisa belajar di malam hari. Warga bisa menyimpan hasil panen dengan aman karena lampu jadi berfungsi," tutur Fransina Kareth, pengelola pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) di sana.

PIT merupakan program percepatan pemerintah untuk melistriki desa pedalaman, terpencil, dan sulit dijangkau PLN.

Targetnya, sampai 2019, sebanyak 12.659 desa mendapat prioritas untuk dilistriki.

Untuk itu, pemerintah merekrut patriot energi, para sarjana teknik muda, untuk mengawal proyek serta mencari potensi sumber listrik lainnya. (Tesa Oktiana/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya