Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Membangun Ekonomi Digital untuk Pasar Fenomenal

Andhika Prasetyo
23/5/2016 06:50
Membangun Ekonomi Digital untuk Pasar Fenomenal
(MI/Adam Dwi)

GOOGLING telah menjadi istilah umum yang mungkin paling banyak dipakai masyarakat untuk mencari data atau informasi apa pun di dunia saat ini.

Panggilan akrab penuh hormat 'Mbah Google' yang mengacu ke kemampuan mesin pencari ini telah lama disematkan pemakai gadget di Indonesia.

Sejatinya, perusahaan multinasional asal Amerika Serikat (AS) ini tidak lagi sekadar sebuah mesin pencari. Beragam jasa, aplikasi, hingga produk mutakhir dan purwarupa berbasis internet terus dikembangkan perusahaan yang didirikan pada 4 September 1998, di California, AS, oleh Larry Page dan Sergey Brin itu.

Tak pelak, kini Google telah menjadi salah satu perusahaan terbesar dan paling disegani di dunia.

Sebagai negara dengan pengguna internet dan populasi ponsel pintar terbanyak, Indonesia menjadi pasar sekaligus area pengembangan layanan Google.

Pada Jumat (20/5), Media Indonesia pun berkesempatan mewawancarai Country Director Google Indonesia, Tony Keusgen.

Pria asal Australia itu bertugas mengawasi penjualan, operasional, serta menentukan strategi bisnis dan kemitraan untuk produk Google di Tanah Air di kantornya di Senayan, Jakarta.

Saat berkunjung ke markas Google di Sillicon Valley, San Fransisco, Februari silam, Presiden Jokowi meminta Google mendukung pengembangan digital ekonomi Indonesia. Apa konsep konkret yang ditawarkan Google?

Kami mendapat kesempatan luar biasa karena bisa menjamu Presiden Jokowi saat itu.

Dalam pertemuan tersebut, kami berbagi pengalaman dan mengutarakan rencana untuk membantu 100 ribu pengembang mobile Indonesia yang konsepnya akan dilakukan hingga 2020 mendatang.

Selama empat tahun ke depan, Google akan menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan mitra di seluruh Indonesia melalui tiga upaya utama.

Tujuannya mencapai 100 ribu pengembang tersebut.

Apa saja tiga upaya itu?

Pertama, kami bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia untuk menjangkau mahasiswa ilmu komputer yang tengah menjalani tahun terakhir.

Selama satu semester, kita terapkan kurikulum mengenai cara mengembangkan aplikasi Android yang berkualitas.

Kedua, Google saat ini sedang menerjemahkan semua kursus Udacity ke dalam bahasa Indonesia.

Kursus Udacity ialah tutorial terkait dengan pengembangan aplikasi.

Kami ingin kursus Udacity ini bisa menjangkau seluruh masyarakat Indonesia yang ingin mewujudkan ide-ide aplikasi mereka.

Kursus itu ditangani langsung oleh instruktur ahli dari tim Developer Relations Google dan dapat diakses dari mana saja melalui perangkat apa saja.

Ketiga, Kami akan terus meningkatkan sesi komunitas studi yang dikenal dengan Indonesia Android Akademi. Ini kelompok belajar yang lebih intensif dan dipimpin fasilitator terbaik.

Untuk saat ini, akademi itu sudah menjangkau lima kota besar Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.

Itu ambisi yang sangat besar. Kami yakin program tersebut mampu menjadikan Indonesia negara dengan kekuatan digital terkuat di Asia Tenggara.

Seberapa besar kesamaan mimpi pemerintah Indonesia dan Google dalam mengembangkan ekonomi digital?

Kami sama-sama mempunyai mimpi yang besar.

Pada 2015, untuk pertama kalinya, kami meluncurkan program Launchpad Accelerator untuk memberikan pembinaan serta sumber daya kepada para istart-up yang terpilih agar mereka dapat mengembangkan bisnis dengan lebih besar dan sukses.

Dalam program itu, kami berikan pendanaan bebas ekuitas sebesar US$50 ribu serta menyediakan boot camp selama dua minggu di kantor pusat Google.

Kini, Launchpad Acceleration memasuki angkatan kedua.

Enam start-up Indonesia termasuk.

Jadi, saya rasa mimpi kami dalam mengembangkan ekonomi digital sama.

Bagaimana Anda melihat potensi Indonesia dalam industri digital?

Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar dengan kekayaan alam melimpah dan tenaga kerja muda dalam jumlah besar.

Indonesia mencatat laju pertumbuhan ekonomi yang mengesankan selama satu dekade terakhir, dengan rata-rata 5% per tahun.

Dari segi digital, diperkirakan sekitar 100 juta masyarakat Indonesia sudah terhubung dengan layanan daring.

Ditambah lagi, Indonesia merupakan negara yang aktif terkoneksi internet, dengan penetrasi 43% melalui ponsel pintar dan 15% melalui komputer.

Jadi, jelas Indonesia memiliki potensi industri digital sangat yang besar.

Jika dilihat dari iklim bisnis di Indonesia, sektor manakah yang paling dibutuhkan bagi teknologi digital?

Usaha kecil dan mikro (UKM).

Berdasarkan pemodelan ekonomi yang dibuat untuk laporan Bank Dunia, kami menemukan menggandakan tingkat penetrasi broadband dan menaikkan keterlibatan UKM secara digital dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahunan Indonesia sebesar 2%.

Itu sudah cukup untuk mencapai target pertumbuhan 7% guna menjadi negara berpenghasilan menengah pada 2025.

Dengan semakin banyak yang terlibat dalam ekonomi digital, para pelaku UKM dapat memiliki pendapatan yang lebih besar.

Kami melakukan penghitungan setidaknya pendapatan pelaku UKM akan naik 80% dan lapangan kerja bertambah 1,5%. Mereka bisa menjadi lebih kreatif, inovatif, dan kompetitif dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Apa yang ditawarkan Google untuk UKM Indonesia?

Kami memiliki platform gratis, Google Bisnisku.

Platform itu dapat menampilkan seluruh jenis usaha, termasuk UKM, jika seseorang melakukan pencarian yang terkait.

Proses untuk mendaftar pun mudah dan gratis.

Pemilik bisnis hanya perlu masuk ke akun Gmail dan berkunjung ke www.google.co.id/bisnisku.

Bila sudah mendaftar, mereka bisa meminta kode verifikasi yang akan dikirim Google melalui pos dalam waktu beberapa minggu.

Setelah itu, akun Google Bisnisku sudah bisa dikelola.

Saat ini hal apa yang Anda lihat masih menjadi kendala bagi Indonesia?

Infrastruktur.

Akses internet yang ada di Indonesia masih relatif lambat, mahal, bahkan belum merata.

Penyediaan infrastruktur harus seimbang.

Peningkatan akses broadband ialah hal yang harus diprioritaskan.

Pemerintah juga harus terbuka bagi teknologi-teknologi alternatif yang inovatif.

Teknologi inovatif seperti titik-titik akses nirkabel dapat digunakan untuk mentransfer lalu lintas yang ada dari jaringan seluler untuk membantu meningkatkan kapasitas.

Bagaimana Google menyikapi infrastruktur Indonesia yang belum merata?

Kami menyadari adanya kesenjangan dalam penerapan teknologi di Indonesia.

Tidak meratanya akses digital antara penduduk di perkotaan dan perdesaan, masyarakat kelas atas dan bawah.

Kami sedang melihat dan terus mempelajari situasi itu.

Kami berusaha untuk mengurangi kesenjangan tersebut, salah satunya dengan memberikan pemahaman dan pelatihan-pelatihan serta mengedukasi masyarakat, seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya.

Youtube merupakan salah satu produk Google yang paling terkenal dan banyak diakses, khususnya di Indonesia, bagaimana pertumbuhannya?

Ketika berbicara tentang platform video, yang terpenting berapa lama penonton meluangkan waktu untuk menonton video tersebut.

Jumlah penonton Youtube di Indonesia meningkat dengan sangat cepat dan peningkatan itu tidak terlepas dari semakin banyaknya penggunaan ponsel pintar.

Dari kuartal tiga 2014 hingga kuartal tiga 2015, waktu menonton Youtube masyarakat Indonesia secara keseluruhan meningkat 130%.

Pertumbuhan itu yang tercepat di kawasan Asia Pasifik.

Apa saja target Google di Indonesia?

Kami ingin memberikan akses informasi yang mudah kepada seluruh masyarakat.

Kami ingin menyederhanakan dan mempercepat apa yang ingin dilakukan orang secara daring.

Kami bekerja keras untuk membuat web yang lebih baik lagi, yang baik untuk manusia, pun bagi lingkungan.

Web telah berkembang pesat sejak Google terlibat pertama kali di dalamnya, tapi satu hal yang belum berubah ialah keyakinan kami pada potensi tanpa batas dari Internet itu sendiri. (E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya