Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Rumor The Fed Angkat Dolar AS

Fathia Nurul Haq
20/5/2016 06:15
Rumor The Fed Angkat Dolar AS
(ANTARA)

NILAI tukar dolar AS Kamis (19/5) menguat terhadap sejumlah mata uang dunia seiring dengan rumor pasar bahwa Bank Sentral AS (The Fed) akan menaikkan lagi suku bunga mereka pada Juni nanti. Alhasil, di Indonesia, kurs rupiah terdepresiasi hingga sempat menembus kisaran 13.500 per dolar AS.

Pada petang hari, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank ada di 13.490 per dolar AS atau melemah 103 poin dari sehari sebelumnya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan dolar AS menguat menyusul terbukanya kembali peluang kenaikan The Fed fund rate di Juni seusai pertemuan Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC). “Dolar AS langsung menguat tajam merespons berita itu bersamaan dengan kenaikan imbal hasil US Treasury,” kata dia di Jakarta, Kamis (19/5).

Analis Monex Investindo Futures Putu Agus memprediksi penguatan dolar AS mungkin berlangsung hingga beberapa hari ke depan seiring keluarnya data-data perekonomian ‘Negeri Paman Sam’ yang cenderung membaik.

Fenomena ‘meriangnya’ kurs rupiah sebagai impak tidak langsung kebijakan AS bukan kali pertama. Fenomena itu mendorong Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Harry Azhar Azis mengusulkan mekanisme lindung nilai secara permanen diatur dalam revisi UU Bank Indonesia yang tengah dibahas DPR.

“Harus ada perubahan aturan, mungkin dalam Revisi UU BI, untuk menjamin utang dalam valas nilainya sesuai dengan ketika utang ditarik,” cetusnya saat ditemui dalam seminar Finance Reporting Governance Bank Indonesia di Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, Kamis (19/5).

Namun, usul itu menurut Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR Marwan Cik Asan tidak relevan dan sulit diwujudkan mengingat mekanisme hedging sudah diatur konstitusi. “Memang kalau hedging preminya mahal karena bank rugi trennya rupiah selalu melemah,” kata Marwan dalam kesempatan sama.

Di sisi lain, dari pelemahan itu, BI dapat menarik penerimaan melalui operasi pasar. Dekan FEB UI Ari Kuncoro dalam sambutannya mengatakan operasi pasar memang wewenang BI sebagai lembaga independen. “Namun, independensi itu tentu menuntut BI memiliki akuntabilitas memadai, yang salah satunya akuntabilitas melalui laporan keuangan BI,” kata Ari.


Performa

Harry Azhar menilai perlunya mekanisme audit yang juga memperhitungkan performa bank sentral. “Setiap rupiah yang dikelola di uang negara harus untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ini tidak masuk di akuntansi yang ada sekarang,” kata Harry.

Ia mengatakan, dalam pelaksanaan good governance, rakyat ialah pemilik negara yang harus memperoleh keuntungan besar dari pengelolaannya. Ia menukas tidak adanya instrumen itu dalam mekanisme audit menyebabkan BI memperoleh pedikat wajar tanpa pengecualian (WTP) selama belasan tahun meskipun realisasi inflasi dan kurs rupiah tidak sesuai dengan yang disepakati bersama saat pembahasan APBN.

Anggota Badan Supervisi BI Fadhil Hasan menilai inflasi nasional saat ini memang cukup terjaga, tapi fluktuasi kurs rupiah sulit terbendung. “Kalau rupiah lagi lemah, BI mengatakan itu akibat kondisi global. Kalau kuat, dibilang itu karena BI hadir di pasar. Di sisi lain, kita tidak tahu bagaimana menilainya, siapa yang tidak perform.” (E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya