Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Pertamina Minati Saham Saudi Aramco

Tesa Oktiana
29/4/2016 03:12
Pertamina Minati Saham Saudi Aramco
(Istimewa)

PT Pertamina (persero) bakal menangkap peluang memiliki saham Saudi Aramco seiring dengan rencana penawaran saham perdana (IPO) perusahaan milik pemerintah Arab Saudi itu.

Akuisisi saham akan mempermudah langkah Pertamina untuk mengolah minyak mentah (crude) produksi Saudi Aramco di kilang dalam negeri dan memiliki saham di blok migas BUMN energi 'Negeri Petrodolar' tersebut.

"Namun, kita lihat dulu portofolio, termasuk menyesuaikan pendanaan. Inginnya jangan hanya equity, tapi ada minyak yang bisa kita bawa pulang," ujar Vice President of Corporate Communications of Pertamina Wianda Pusponegoro kepada Media Indonesia di Jakarta, Kamis (28/4).

Perseroan, imbuhnya, harus menelaah skema penawaran saham perusahaan yang diyakini bisa memberbesar kapasitas pengolahan crude yang diolah di Tanah Air.

Maka dari itu, perseroan menganggarkan US$3 miliar untuk investasi di sektor hulu (upstream).

"Produksi nasional kita cuma 21% dari seluruh kilang di Indonesia. Kontribusi untuk cadangan baru 26%, Petronas sudah di atas 52%. Kita cari tambahan blok migas untuk bisa meningkatkan cadangan nasional kita," ucapnya.

Sebelumnya, melalui pesan singkat, Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja mengatakan Indonesia dapat mengambil sisi positif dari upaya Arab Saudi mendiversifikasi penerimaan negara yang tidak lagi bergantung pada bisnis migas.

"Ini bisa jadi kesempatan perusahan hulu migas nasional kita untuk ke Arab Saudi (akusisi saham Aramco)," ujar Wiratmaja.

Di sisi lain, Saudi Aramco juga bersaing dengan perusahaan energi asal Rusia, Rosneft, untuk menjadi mitra Pertamina dalam membangun kilang Tuban di Jawa Timur.

Rosneft disebut menawarkan peluang untuk turut menggarap blok migas di Rusia.

"Sudah ada tim Pertamina di Rusia untuk melihat posisi yang tepat (di sektor hulu). Syukur-syukur dapat portofolio yang cocok. Karena dengan tiga kali kita minta akses ke data room mereka, artinya kita punya interest," papar Wianda.

Untuk proyek Tuban, diperkirakan butuh investasi US$12 miliar-US$14 miliar.

"Waktu pengumuman (mitra) tidak akan melampaui semester I 2016. Selain Rosneft, CEO Saudi Aramco dan PTT Global Chemical Public Limited juga telah bertemu dengan direksi Pertamina," ungkapnya.


Pasokan BBM di Timur

Di sektor hilir, Pertamina tengah berupaya mengatasi disparitas harga BBM antara wilayah Indonesia Barat dan Indonesia Timur.

"Problem ini perlu partisipasi dari pemda agar bisa mengatur harga yang lebih murah," tutur Wianda.

Harga BBM yang tembus Rp25 ribu per liter di Papua berada di luar kendali jalur distribusi Pertamina yang meliputi 36 SPBU, 16 SPDN, 4 SPBN, dan 97 APMS.

"Kita bisa saja bilang itu bukan tanggung jawab Pertamina, tapi tidak jadi solusi buat masyarakat."

Karena pasokan BBM dari kilang Balikpapan, Kalimantan Timur, itu tidak diangkut dengan truk tangki BBM, Pertamina menggunakan angkutan udara berjadwal.

"Kami tengah membahas pengadaan pesawat khsusus yang memiliki tangki penyimpanan BBM. Mungkin seperti pesawat sewaan yang biasa memadamkan kebakaran hutan," tukasnya. (E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya