Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Stok Beras Kritis karena Minim Mesin Pengering

Andhika Prasetyo
05/2/2018 15:21
Stok Beras Kritis karena Minim Mesin Pengering
(ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

MEMASUKI Februari, pasokan beras belum memperlihatkan tanda-tanda perbaikan. Walaupun Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim musim panen raya telah dimulai, persediaan di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) yang menjadi barometer stok dan harga di Tanah Air, masih di bawah angka aman.

Pada Senin (5/2), tercatat stok di PIBC hanya 24.009 ton, di bawah batas aman yakni 25.000-30.000 ton. Stok yang masuk pada hari ini pun hanya 1.633 ton, lebih rendah dari angka pemasukan normal yang minimal 3.000 ton per hari.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir mengungkapkan minimnya stok di PIBC terjadi karena tersendatnya laju hasil gabah yang dipanen petani ke pasar.

Saat ini, ucapnya, hujan tengah mengguyur banyak daerah terutama wilayah sentra padi sehingga proses pengeringan yang dilakukan secara manual tidak bisa dilakukan dengan cepat.

"Dari panen sampai ke pasar itu butuh waktu. Harus dikeringkan, digiling. Kalau tidak kering ya tidak bisa diproses," ujar Winarno kepada Media Indonesia, hari ini.

Bahkan, menurutnya, jika hujan terus turun, bukan tidak mungkin hasil panen para petani akan tertahan lebih lama dan terlambat untuk didistribusikan ke kota-kota tujuan. "Kita tidak bisa prediksi berapa lama. Tergantung ada matahari atau tidak. Kalau tidak ada, seminggu juga tidak akan kering," ucapnya.

Winarno mengatakan saat ini sebagian besar petani di Indonesia memang hanya mengandalkan lantai jemur dan matahari sebagai komponen pengering hasil pertanian mereka. Itu jelas menjadi persoalan yang sangat besar, terlebih ketika musim panen tiba, gabah membludak dan tidak ada cuaca panas untuk mengeringkan gabah-gabah tersebut.

Ia melihat, saat ini, tidak ada dukungan kuat dari pemerintah untuk mengangkat kinerja pascapanen, terutama mesin pengering.

Berdasarkan data Kementan, bantuan alat mesin pertanian (alsintan) untuk keperluan pascapanen memang masih sangat dimarjinalkan. Pada 2017, dari sekitar 100 ribu bantuan alsintan, angka untuk pascapanen tercatat hanya 6.700 unit. Di tahun ini pun tidak jauh berbeda, diperkirakan hanya sebesar 8.000 unit alat mesin pascapanen yang diberikan kepada petani.

"Pascapanen kita sangat kurang. Kurang banget. Tidak ada daya dukung," tandasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya