Hindari Sejarah Buruk Tuan Rumah
QATAR bertekad menghindari sejarah sebagai negara tuan rumah kedua yang gagal melaju melewati babak penyisihan grup Piala Dunia. Sembilan dari 10 tim tuan rumah edisi Piala Dunia terakhir selalu lolos dari fase grup. Hanya satu tuan rumah yang tidak bisa lolos dari fase grup, yaitu Afrika Selatan pada Piala Dunia 2010. Enam tuan rumah menjadi juara, terakhir Prancis pada 1998.
Qatar harus menjawab tantangan yang mereka hadapi di hadapan publik sendiri pada Piala Dunia edisi tahun ini. Apalagi dalam sejarah Piala Dunia Qatar menjadi negara yang langsung bermain tanpa harus mengikuti tahap kualifikasi.
Semua mata akan tertuju pada Qatar, negara Arab pertama yang menjadi tuan rumah Piala Dunia. Tim berjuluk the Maroons itu akan menghadapi Ekuador dalam pertandingan pembuka turnamen pada 20 November. Qatar juga akan bermain melawan Senegal dan Belanda di Grup A.
“Pertandingan berat menunggu kami di turnamen ini. Kami akan menghadapi tim yang sangat kuat, tim yang terbiasa berada di Piala Dunia. Jika kami menampilkan yang terbaik, kami akan mampu bersaing," kata pelatih Qatar Felix Sanchez.
Dalam persiapannya, juara Piala Asia 2019 itu sempat bermain dalam Copa America 2019 dan Piala Emas CONCACAF 2021. Mereka kalah dari Argentina 2-0 pada Copa America dan mencapai semifinal Piala Emas sebelum dikalahkan Amerika Serikat 1-0.
Qatar kemudian memainkan 10 pertandingan persahabatan di Eropa atas undangan UEFA untuk mendapatkan lebih banyak pengalaman pertandingan. Hasilnya beragam. Mereka mengalahkan Luksemburg dan Azerbaijan, kemudian bermain imbang dengan dua tim tersebut. Qatar lalu kalah dari Serbia dan Portugal.
Sanchez yang telah melatih tim sejak 2017mengakui kekalahan 1-3 dan 0-3 dari Portugal lebih dari setahun yang lalu ialah peringatan. "Kami tahu bahwa ketika kami bermain di level ini, itu sulit bagi kami," katanya.
Pada September lalu, Qatar bermain imbang 2-2 dengan Chile setelah kalah dari Kanada 0-2 dalam pertandingan persahabatan yang dimainkan di Austria. Qatar kemudian mengalahkan Guatemala 2-0 dalam pertandingan persahabatan lainnya pada Oktober lalu.
Qatar lebih memilih formasi 5-3-2 yang sangat mengandalkan serangan balik untuk menghasilkan peluang mencetak gol. Pelatih Kanada John Herdman sempat memuji Qatar yang menyebut mereka bermain sangat terorganisasi dan disiplin.
Timnas Qatar tidak diisi pemain bintang, tapi mereka mengedepankan kekompakan tim. Skuad yang baru dirilis Sanchez baru-baru ini semuanya bermain pada liga domestik Qatar dan banyak dari mereka merupakan lulusan dari Akademi Aspire di Doha.
Sanchez telah mengumpulkan 27 pemain untuk masuk ke skuad. Mereka bahkan melakukan pemusatan latihan selama enam bulan di Spanyol kemudian pindah ke Austria. Selain itu, mereka melakukan serangkaian laga uji coba hingga menggelar turnamen mini melawan Maroko dan Ghana. Pemusatan latihan jangka panjang itu membuat para pemain Qatar tidak berlaga pada liga profesional. Fakta tersebut dianggap aneh, bahkan oleh perwakilan dari Qatar Super League.
"Kami tidak boleh berpikir kami telah melewati garis finis. Ini hanya langkah lain dalam perjalanan kami. Langkah lain menuju kesiapan untuk Piala Dunia," kata Sanchez.
Seorang sumber di Qatar Super League kepada BBC Sport mengatakan pemusatan latihan Qatar cukup aneh. "Idenya tidak sepenuhnya gila, tetapi aneh. Pemusatan latihan itu terlalu lama. Mereka harus melakukannya untuk jangka waktu yang lebih pendek. Mengeluarkan pemain dari permainan kompetitif itu sulit dari sudut pandang mental," kata sumber itu.
Gelombang kritik
Selain persiapan teknis di lapangan, Qatar juga harus menghadapi faktor lain di luar lapangan yang bisa saja berdampak pada kinerja Qatar. Sebagai negara tuan rumah yang dipilih pada 2010 lalu, Qatar menghadapi gelombang kritik seperti persoalan hak asasi manusia terhadap ratusan ribu pekerja migran yang membangun stadion dan infrastruktur hingga kontroversi kasus suap yang melibatkan petinggi-petinggi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan Asosia Sepak Bola Asia (AFC) dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022.
Turnamen sepak bola terbesar sejagad itu juga bukan hanya pertama kali digelar di kawasan Timur Tengah, melainkan juga akan bergulir pada akhir tahun atau November sampai Desember. Keputusan itu membuat sejumlah tim-tim Eropa melayangkan protes. Pasalnya, mereka harus berhadapan dengan padatnya kompetisi Eropa. Namun, akhirnya semua pihak harus menerima jadwal yang diberikan panitia mengingat amat berisiko jika pertandingan diadakan pada musim panas yang mana suhu di Qatar bisa mencapai 40 derajat Celsius. (AFP/BBC/R-3)